Setelah selesainya Perang Diponegoro 1830, Banyumas menjadi wilayah yang dieksploitasi penjajah Belanda. Namun, ada alasan lebih rinci mengapa Banyumas yang kala itu menjadi wilayah Surakarta harus diserahkan ke Belanda.
Cerita berawal dari Perang Diponegoro yang terjadi mulai Juli 1825. Perang Diponegoro ini berimbas ke daerah Banyumas. Banyumas yang dimaksud ini adalah daerah yang kini dikenal dengan sebutan eks Karesidenan Banyumas.
Belanda berusaha untuk mematahkan perlawanan prajurit Diponegoro yang ada di wilayah Banyumas. Belanda berdalih bahwa daerah Banyumas harus aman dan tertib. Sebab, Banyumas masuk wilayah Kerajaan Surakarta. Sementara, Kerajaan Surakarta secara de jure dikuasai Belanda.
Untuk mementahkan perlawanan prajurit Pangeran Diponegoro di Banyumas, Belanda mengirim Letnan Kolonel Daeli dari Australia. Letkol Daeli ini memberantas prajurit Pangeran Diponegoro dari Sigaluh sampai Adireja. Perlawanan terakhir pasukan Pangeran Diponegoro di Banyumas dilakukan oleh Demang Ajibarang bernama Singadipa.
Pada akhirnya, Belanda mampu menuntaskan perlawanan pasukan Pangeran Diponegoro yang ada di Banyumas. Belanda kemudian berdalih sudah ikut mengamankan wilayah Surakarta dari pemberontakan. Karena itu, Belanda pun mengambil alih wilayah Banyumas dari tangan Surakarta. Belanda mengelola langsung wilayah Banyumas.
Hal ini membuat pihak Surakarta berang. Sebab, Surakarta tidak terlibat dalam peperangan di Banyumas, tapi harus kehilangan daerah tersebut. Apalagi, Banyumas memang dikenal sebagai daerah yang subur.
Maka, setelah diambil alih oleh Belanda, perubahan terjadi di Banyumas. Daerah Banyumas kemudian jadi salah satu wilayah dilangsungkannya sistem tanam paksa. Sistem ini dilakukan untuk menambah pundi-pundi Belanda. Maklum saja, Perang Diponegoro adalah perang yang menguras keuangan Belanda.
Setelah sistem tanam paksa itu, perekonomian di Banyumas menggeliat. Pabrik gula, adalah salah satu industri yang muncul di masa tanam paksa.
Referensi: Purnawan Basundoro, Arkeologi Transportasi: Perspektif Ekonomi dan Kewilayahan Karesidenan Banyumas 1830-1940-an