SERAYUNEWS- Festival Gunung Slamet (FGS) 2025 siap kembali memanjakan para pencinta alam, budaya, dan seni lewat perhelatan spektakuler selama tiga hari penuh.
Digelar pada 4–6 Juli 2025 di Desa Wisata Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, festival ini akan memasuki penyelenggaraan ke-8 dengan mengusung tema “The Royal Journey”.
Sebagai salah satu agenda unggulan dalam Karisma Event Nusantara (KEN) 2025, FGS 2025 diharapkan mampu menarik hingga 60.000 wisatawan dari dalam maupun luar daerah.
Festival ini bukan sekadar hiburan biasa, melainkan juga wadah untuk melestarikan budaya lokal, memperkuat identitas masyarakat lereng Gunung Slamet, dan menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan.
Selama tiga hari, pengunjung akan disuguhi beragam kegiatan yang menggabungkan unsur tradisi, seni pertunjukan, olahraga alam, hingga ritual adat yang sarat makna.
FGS 2025 terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya tiket masuk, membuatnya menjadi destinasi wisata yang terjangkau bagi semua kalangan.
Selain hiburan, pengunjung juga dapat menikmati berbagai produk lokal dari pelaku UMKM yang dipamerkan di stan-stan sepanjang lokasi festival.
Mulai dari kopi khas Purbalingga, kerajinan tangan, hingga kuliner tradisional, semua tersedia untuk dinikmati dan dibawa pulang.
Dimulai pada Jumat, 4 Juli 2025, FGS akan dibuka dengan kegiatan Bersih Desa dan Kenduri sejak pukul 07.00 WIB.
Acara ini mencerminkan rasa syukur masyarakat kepada alam dan leluhur. Setelah itu, suasana akan berubah lebih meriah dengan sesi Senam Happy untuk menyegarkan para peserta festival.
Pukul 13.00 WIB, acara resmi dibuka dengan seremoni pembukaan, dilanjutkan dengan kegiatan simbolik penanaman pohon sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan sekitar Gunung Slamet.
Masih di hari yang sama, akan ada Gelar Seni Budaya dari desa-desa wisata di Purbalingga, dilanjutkan sesi bersama Komunitas Petani Kopi Purbalingga, serta diakhiri dengan malam yang penuh nuansa religius dalam agenda Malam Bermunajat.
Sabtu, 5 Juli 2025, akan menjadi hari paling padat dan sarat atraksi budaya. Pagi dimulai dengan prosesi sakral Pengambilan Air Sikopyah, yaitu air dari mata air Tuk Sikopyah yang diambil menggunakan lodong (wadah bambu).
Selanjutnya, air tersebut dibawa dalam Kirab Budaya yang meriah dengan berbagai kostum dan atraksi budaya.
Prosesi Ruwat Bumi dan pembagian air Sikopyah menjadi momen reflektif untuk menjaga keseimbangan alam dan spiritualitas masyarakat.
Masih di hari yang sama, akan ada pencatatan Rekor MURI dan Dunia dalam aksi makan nasi 3G—singkatan dari Gundil, Gandul, dan Gereh—yang akan dibagikan sebanyak 8.888 bungkus. Tradisi ini berasal dari kebiasaan warga saat Gunung Slamet berada dalam status siaga.
Puncak hiburan pada hari kedua akan diwarnai dengan Tari Kolosal Gunung Slamet serta Gelar Budaya Lingkar Slamet yang melibatkan 23 desa wisata.
Malam harinya, suasana semakin semarak dengan pertunjukan Akustik Kabut Lembut yang menghadirkan penyanyi Ghea Indrawari sebagai bintang tamu.
Hari Minggu, 6 Juli 2025, akan menjadi penutup yang penuh semangat. Dimulai pukul 08.00 WIB, peserta akan diajak menantang adrenalin lewat ajang Trail Run melintasi medan lereng Gunung Slamet.
Usai berkeringat, acara berlanjut dengan momen yang ditunggu-tunggu: Perang Tomat, sebuah permainan massal yang menggambarkan keceriaan dan kekompakan warga.
Festival akan ditutup dengan pertunjukan musik bertajuk Suaraloka Gunung Slamet yang menghadirkan MASSDDDHO, menawarkan suasana santai dan penuh keseruan di tengah nuansa pegunungan.
Dengan perpaduan antara kearifan lokal, keseruan aktivitas, dan dukungan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Festival Gunung Slamet 2025 bukan hanya sekadar perayaan budaya, tapi juga menjadi representasi harmoni antara manusia dan alam.
Bagi kamu yang ingin merasakan sensasi festival berbeda di tengah udara pegunungan yang sejuk, FGS 2025 jelas jadi agenda wajib awal Juli ini.***