SERAYUNEWS – Simak jadwal puasa Ayyamul Bidh bulan Dzulhijjah atau Juni 2024. Khusus bulan Dzulhijjah berbeda dengan bulan lainnya.
Pasalnya pada bulan bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha dan Hari Tasyrik. Idul Adha jatuh pada 10 Dzulhijjah. Sedangkan Hari Tasyrik berlangsung 3 hari berturut-turut pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Sebagaimana diketahui, puasa Ayyamul Bidh dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya menurut kalender Hijriah.
Sedangkan pada Hari Tasyrik dilarang berpuasa sehingga puasa sunnah ayyamul bidh pada tanggal 13 diganti menjadi tanggal 16. Dengan begitu, puasanya berlangsung tanggal 14, 15, 16 Dzulhijjah.
Berikut ini jadwalnya:
1. 14 Dzulhijjah, Jumat 21 Juni 2024
2. 15 Dzulhijjah, Sabtu 22 Juni 2024
3. 16 Dzulhijjah, Minggu 23 Juni 2024
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ اَيَّامَ اْلبِيْضِ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shouma ghadin ayyamal bidhi sunnatan lillahi ta’ala
Artinya: “Saya niat berpuasa besok pada Ayyamul Bidh sunnah karena Allah Ta’ala.”
Salah satu keutamaannya adalah sama dengan melaksanakan puasa sepanjang tahun. Pasalnya, setiap amalan baik, Islam akan mengganjarnya dengan pahala hingga 10 kali lipat.
Ini sebagaimana hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ صَامَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَة أَيَّام، فَذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ، فَأَنْزَلَ اللهُ تَصْدِيقَ ذَلِكَ فِي كِتَابهِ الْكَرِيم: مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَة فَلهُ عشر أَمْثَالهَا [الأنعام: 160]. اَلْيَوْمُ بِعشْرَةِ أَيَّامٍ (رَوَاهُ ابْن ماجة وَالتِّرْمِذِيّ. وَقَالَ: حسن .وَصَححهُ ابْن حبَان من حَدِيث أبي هُرَيْرَة رَضِيَ اللهُ عَنْه)
Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Dzar RA, sungguh Nabi SAW bersabda: ‘Siapa saja yang berpuasa tiga hari dari setiap bulan, maka puasa tersebut seperti puasa sepanjang tahun.
Kemudian Allah menurunkan ayat dalam kitabnya yang mulai karena membenarkan hal tersebut: ‘Siapa saja yang datang dengan kebaikan maka baginya pahala 10 kali lipatnya’ [QS al-An’am: 160]. Satu hari sama dengan 10 hari’.” (HR Ibnu Majah dan at-Tirmidzi).
***