Purwokerto, serayunews.com
Banjir diskon fashion terlihat saat memasuki area lantai 1 dan 2 salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kota Purwokerto, Moro. Tak tanggung-tanggung, diskon dari mulai 30%, 50% bahkan ada yang 70%.
“Diskon ini merupakan salah satu strategi dari masing-masing produk fashion untuk meningkatkan penjualan. Untuk fashion sebagian ada yang dari suplayer atau distributor fashion merk ternama, ada juga yang punya Moro sendiri,” kata Manager Humas dan Promosi PT Bamas Satria Perkasa, Adi Putranto, Rabu (7/4).
Adi mengakui jika kondisi menjelang puasa ini sangat berbeda dengan puasa sebelum pandemi. Menurutnya, ini merupakan bulan Ramadan dan Lebaran kedua, dimana daya beli masyarakat menurun sebagai dampak pandemi. Terlebih larangan mudik juga kembali diberlakukan, meskipun hanya untuk tanggal tertentu, namun hal tersebut jelas akan berdampak terhadap penjualan barang-barang.
“Daya beli masyarakat menurun, pemudik berkurang karena ada larangan mudik, maka kita harus pandai-pandai mengatur strategi supaya tetap bisa memenuhi target penjualan,” tuturnya.
Pada bulan puasa sebelum pandemi, lanjut Adi, biasanya untuk supermarket sudah mulai ramai, karena banyak orang yang berbelanja untuk kebutuhan menyambut Ramadan. Keramaian supermarket masih berlanjut hingga minggu pertama puasa, kedua sampai ketiga. Pada minggu-minggu tersebut, orang mulai sibuk berbelanja untuk pengiriman parsel lebaran serta kebutuhan Lebaran di rumah.
Memasuki H-7 Lebaran, keramaian mulai beralih ke fashion. Orang mulai sibuk berburu baju Lebaran dan pada minggu terakhir bulan puasa ini, biasanya penjualan barang sekunder seperti fashion, sepatu, tas serta barang sekunder lainnya meningkat.
Kondisi saat ini, kata Adi, penjualan pada supermarket memang mulai meningkat dan tingkat kunjungan ke Moro juga naik cukup signifikan tiap harinya. Terutama dari kalangan para pedagang kelontong ataupun toko-toko, mengingat selama ini Moro dikenal sebagai pusat perbelanjaan yang harganya paling murah.
“Untuk penjualan barang kebutuhan pokok sudah mulai ada peningkatan dan beberapa barang juga ada kenaikan harga, seperti minyak goreng. Tetapi kenaikan harga tersebut tidak terlalu besar, karena produsen juga mempertimbangkan daya beli masyarakat,” jelasnya.
Melihat kondisi tersebut, pihak Moro tetap menambah stok barang menjelang puasa, namun penambahan tersebut tidak terlalu berlebihan. Sehingga stok tetap mengalir dan mencukupi untuk kisaran kenaikan konsumen antara 10-30 persen.
“Stok barang kita mengalir saja, tidak berlebihan tetapi juga tidak sampai kekurangan, karena situasi pasar memang masih sulit diprediksi. Namun, kita tetap harus optimis bahwa lebaran tahun ini, perekonomian akan lebih baik dari lebaran pertama di tengah pandemi tahun lalu,” ucapnya.