SERAYUNEWS- Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan memangkas suku bunga acuan pada pekan ini.
Analis Bank of America (BofA) memprediksi pemangkasan pertama akan dilakukan pada Rabu (17/9/2025) waktu setempat, sebelum kemungkinan pemotongan lanjutan pada Desember mendatang.
Melansir berbagai sumber, Tim Analis BofA yang dipimpin Claudio Irigoyen dalam catatan risetnya menyoroti pidato Ketua The Fed Jerome Powell pada Agustus lalu.
Powell menegaskan perlunya penurunan suku bunga, bahkan sebelum data ketenagakerjaan terbaru menunjukkan pelemahan signifikan.
Data inflasi terkini juga memberi sinyal serupa. Indeks harga konsumen Amerika Serikat lebih rendah dari perkiraan, sehingga pasar hampir yakin The Fed akan menurunkan suku bunga pada akhir pertemuan dua hari terakhir.
Penurunan suku bunga dia yakini bisa merangsang investasi dan perekrutan tenaga kerja. Namun, langkah ini tidak lepas dari risiko lonjakan inflasi.
BofA menegaskan, siklus pelonggaran tidak akan berjalan mulus. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti diperkirakan tetap berada di atas 3% hingga paruh pertama 2026, jauh di atas target The Fed sebesar 2%.
Meski demikian, pasar menilai peluang penurunan sebesar 25 basis poin mencapai 95%, sementara hanya 5% kemungkinan pemangkasan lebih agresif hingga 50 basis poin, menurut CME FedWatch Tool.
Keputusan The Fed soal suku bunga juga menjadi sorotan pelaku pasar kripto. Bitcoin (BTC) diperkirakan bisa melanjutkan tren bullish seiring korelasi positifnya dengan S&P 500.
Menurut laporan Kobeissi Letters yang dikutip dari JP Morgan, S&P 500 berpeluang naik hingga 15% dalam 12 bulan setelah pemangkasan suku bunga.
Jika reli ini benar terjadi, Bitcoin berpotensi ikut melesat, seperti yang terjadi pada 2020 hingga 2024.
Saat ini, BTC diperdagangkan di kisaran $116.500, naik sekitar 1% di sesi Asia. Data CryptoQuant juga mencatat aliran masuk BTC ke bursa turun ke level terendah dalam setahun, menunjukkan investor cenderung menahan aset mereka.
Dampak kebijakan The Fed juga terasa hingga ke Indonesia. Bank Indonesia (BI) pada Agustus 2025 menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5%.
Langkah ini diambil untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional di tengah pelemahan global. Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan, meski BI Rate turun, stabilitas Rupiah tetap menjadi prioritas.
BI terus melakukan intervensi terukur di pasar valuta asing, termasuk strategi triple intervention pada transaksi spot, DNDF, dan obligasi pemerintah.
Perry optimistis nilai tukar Rupiah akan stabil dan cenderung menguat, didukung arus modal asing, inflasi rendah, serta prospek ekonomi Indonesia yang membaik.
Semua mata tertuju pada keputusan The Fed minggu ini. Jika benar suku bunga turun, dampaknya tidak hanya ke ekonomi AS, tetapi juga pasar global, termasuk kripto dan stabilitas Rupiah. Namun, risiko inflasi yang masih tinggi membuat investor perlu tetap waspada.