SERAYUNEWS – Ward Berenschot adalah profesor antropologi politik komparatif di Universitas Amsterdam, selain itu ia juga sebagai peneliti senior di KITLV ( Institut Studi Asia Tenggara dan Karibia) lembaga penelitian Kerajaan Belanda.
Penelitiannya di Indonesia saat ini fokus pada isu konflik pertanahan, pendanaan kampanye, dan manipulasi opini publik melalui media sosial.
Informasi terakhir, berdàsarkan situs resmi www.kitlv.nl, ia bersama para peneliti di Universitas Amsterdam dan Universitas Diponegoro sedang mengerjakan proyek penelitian yang mempelajari bagaimana ‘buzzer’ online digunakan untuk memanipulasi opini publik di Indonesia.
Beberapa hari lalu ia menulia opini di East Asian Forum berjudul Indonesia’s increasingly
dimuat pada tanggal 16 Desember 2023.
Dalam tulisan tersebut, ia menyatakan, 62 persen masyarakat Indonesia saat ini takut mengungkapkan pendapat politinya. Penindasan terhadap suara masyarakat sipil telah dirasakan di seluruh negeri.
Kesemuanya ini terjadi, menurutnya, sejak selesai Pemilu 2019. Bergabungnya Prabowo di Kabinet menjadikan Jokowi berkuasa tanpa oposisi. Jelas ini mengakibatkan penurunan kualitas demokrasi.
Dampak nyata terlihat di Pilpres 2024. “Pemilihan presiden mendatang di Indonesia akan membosankan, meski terdapat banyak drama yang terlihat,” tulisnya.
Pilpres akan membosankan disebabkan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) Oktober lalu yang memuluskan langkah Gibran sebagai Cawapres.
Melemahnya masyarakat sipil, menurutnya, akan menguntungkan elit politik dan bisnis yang saat ini berkuasa.
“Tanpa pilihan yang berarti dan oposisi yang kuat, pemilu mendatang kemungkinan besar tidak akan mendisiplinkan elite yang saat ini berkuasa,” begitu katanya menutup opininya. ***(O Gozali)