SERAYUNEWS – Tanggal 1 Oktober tahun ini mendadak menjadi topik hangat di dunia maya. Bukan karena momen sejarah atau peringatan nasional, melainkan karena disebut sebagai My Girl Day.
Tren ini pertama kali mencuat di TikTok, lalu menyebar luas ke berbagai platform media sosial lainnya.
Banyak pengguna mengunggah konten dengan nuansa romantis, baik bersama pasangan maupun sahabat perempuan, dengan latar lagu “We Fell in Love in October”.
Lagu tersebut milik penyanyi indie asal Norwegia, Girl in Red. Bagi sebagian orang, istilah My Girl Day mungkin terdengar asing.
Namun, di kalangan anak muda yang aktif di media sosial, tren ini menjadi ajang untuk merayakan cinta, persahabatan, atau sekadar mengekspresikan perasaan sayang pada sosok perempuan penting dalam hidup mereka.
Sebenarnya, tidak ada penetapan resmi yang menyebutkan bahwa 1 Oktober adalah My Girl Day.
Istilah ini lahir dari interpretasi terhadap lagu “We Fell in Love in October” yang dirilis Girl in Red pada tahun 2018.
Lagu ini bercerita tentang kisah jatuh cinta yang terjadi di bulan Oktober, lengkap dengan penggambaran suasana romantis dan hangat meski musim gugur terasa dingin.
Dalam liriknya, terdapat pengulangan frasa “My girl, my girl, my girl” yang kemudian menjadi ikon dan melekat dengan perayaan tak resmi ini.
Dari situlah, banyak warganet yang sepakat menjadikan 1 Oktober sebagai momen spesial untuk menyebutnya My Girl Day.
Meskipun tidak ada landasan sejarah ataupun budaya yang melatarbelakanginya, tren ini berkembang organik berkat kreativitas pengguna media sosial.
Di TikTok, tagar seperti #MyGirlDay dan #WeFellInLoveInOctober sudah ditonton jutaan kali, menunjukkan betapa besar antusiasme publik.
Sebelumnya, mungkin Anda sudah pernah mendengar tentang My Girlfriend Day yang dirayakan setiap 1 Agustus. Nah, di sinilah letak perbedaannya.
Dengan kata lain, My Girl Day tidak selalu harus romantis.
Banyak warganet yang menggunakan momen ini untuk mengapresiasi keberadaan sahabat perempuannya, sehingga lebih fleksibel dan personal.
Fenomena My Girl Day ini sejalan dengan karakteristik generasi muda yang gemar menciptakan tren baru, terutama melalui musik.
Girl in Red sendiri dikenal sebagai musisi yang banyak disukai oleh Gen Z karena liriknya yang jujur, emosional, dan sering mengangkat isu-isu personal, termasuk cinta dan identitas.
Bagi generasi muda, musik bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana ekspresi diri.
Tidak heran jika lagu “We Fell in Love in October” menjadi soundtrack populer setiap memasuki bulan Oktober.
Lagu ini menghadirkan nuansa nostalgia dan romantis yang cocok dengan atmosfer musim gugur di negara-negara Barat, meski di Indonesia konteksnya lebih kepada simbol perasaan cinta.
Meskipun awalnya berkembang di luar negeri, tren ini cepat diterima oleh anak muda Indonesia.
TikTok menjadi wadah utama penyebarannya, dengan ribuan pengguna membuat konten bertema cinta menggunakan lagu Girl in Red.
Di Indonesia, perayaan My Girl Day sering diwujudkan dalam bentuk:
Meskipun sederhana, tren ini menunjukkan bagaimana budaya digital mampu menciptakan “hari perayaan” baru yang lahir dari kreativitas netizen, bukan dari keputusan resmi pemerintah atau lembaga internasional.
Ada beberapa faktor yang membuat tren ini cepat viral:
Jadi, jawaban dari pertanyaan “Kenapa 1 Oktober disebut My Girl Day?” adalah karena inspirasi dari lagu “We Fell in Love in October” karya Girl in Red.
Meski tidak resmi, warganet menjadikan tanggal ini sebagai simbol perayaan cinta, persahabatan, dan rasa sayang pada sosok perempuan yang mereka cintai.
Tren ini mungkin hanya fenomena digital, namun menunjukkan betapa kuatnya pengaruh musik dan media sosial dalam menciptakan budaya baru. Jadi, apakah Anda sudah ikut merayakan My Girl Day 1 Oktober ini?
***