Siapa sangka, dibalik penampilannya yang selalu rapi dan penuh wibawa, sosok Kompol Berry ST, S.IK merupakan anak desa dari Kalimantan Barat yang merupakan anak seorang petani. Kehidupan sederhana dan penuh perjuangan untuk bisa menempuh pendidikan, kini berbuah manis dengan berhasilnya menjabat sebagai Kasat Reskrim Polresta Banyumas.
Purwokerto, Serayunews.com
Saat awal kedatangannya di Polresta Banyumas, banyak orang menyangka Kompol Berry merupakan polisi yang berasal dari keluarga berada. Penampilan rapi dan selalu terlihat perfect, membuat banyak pihak merasa ada jarak, namun setelah kenal dan mengobrol, anggapan tersebut luruh seketika.
“Saya dari kampung, tepatnya dari Sambas di Kalimantan Barat, dari rumah saya untuk mencapai jalan raya yang terdapat angkutan umum, itu harus berjalan kaki 1,8 km dan sejak masuk SMP saya harus menempuh jalan itu, karena di kampung hanya ada sekolah dasar saja,” tuturnya.
Cita-cita Berry untuk menjadi polisi sudah terbangun sejak masih duduk di bangku SMA. Hal tersebut didasari keinginannya untuk tidak lagi merepotkan orang tua, karena kedua orang tuanya hanya petani dengan tiga orang anak dan hidup penuh kesederhanaan.
Namun, cita-cita tersebut harus diredam terlebih dahulu, ketika ia lulus SMA dan mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Universitas Tanjung Pura, Pontianak. Berry mengambil jurusan Teknik Elektro dan sembari untuk menyambung hidup di Pontianak, ia sering memberikan les pelajaran kepada anak-anak SMP maupun SMA.
“Bayangan saya menjadi polisi itu bisa langsung bekerja, sehingga saya tidak lagi membebani orang tua.Tetapi karena saya berasal dari kampung dan pada waktu itu informasi seputar pendaftaran polisi masih simpang siur, ada yang bilang harus membayar hingga puluhan dan ratusan juta, sementara saya berasal dari keluarga sederhana, sehingga harus dipendam dulu keinginan tersebut. Dan saya akhirnya kuliah dengan beasiswa,” katanya.
Memasuki semester akhir perkuliahan, Berry mendapat informasi tentang dibukanya penerimaan perwira karir TNI. Proses seleksi yang cukup panjang ia ikuti, hingga berhasil menjadi perwakilan Kalbar dan meneruskan tes seleksi di Bogor. Sayangnya, meskipun hanya satu-satunya perwakilan dari Kalbar, namun Berry tidak lolos dalam seleksi akhir tersebut.
Kegagalan tersebut menjadi pukulan yang cukup berat, karena dalam hal pendidikan Berry tidak pernah mengenal kata gagal. Rasa frustasi membuatnya tidak berani pulang ke Kalimantan. Ia pun ikut dengan seorang teman ke Semarang. Di kota atlas tersebut, Berry melihat langsung kegiatan para taruna Akpol saat menjalani latihan. Keinginannya untuk masuk Akpol pun kembali menggelora.
Cita-cita tersebut akhirnya menemukan jalan, setelah menyelesaikan kuliah, ada informasi pendaftaran Akpol. Pada awalnya Berry sempat ragu, ia teringat akan kegagalannya saat menempuh seleksi di Bogor, namun atas suport dari berbagai pihak, akhirnya ia memutuskan untuk mendaftar.
“Saya mendaftar pada hari terakhir, namun pada setiap tahapan seleksi di Polda saya menempati rangking pertama. Hingga akhirnya dinyatakan lulus dan berangkat ke Semarang. Pada saat itu yang lulus ada 8 orang,” jelasnya.
Seleksi di Semarang sangat ketat dan Berry berhasil membuktikan ia layak untuk menjadi taruna di Akpol. Usai menjalani pendidikan, tahun 2009 ia mulai menjalani tugas pertama di Polres Pekalongan. Berbagai pengalaman menarik dan menantang mulai dirasakan anak kedua dari tiga bersaudara tersebut. Menurutnya, yang paling berkesan adalah saat ia di Mabes dan ditugaskan sebagai satgas cawapres. Berry mendampingi Ma’ruf Amin selama satu tahun dalam berbagai kegiatan kampanye dan berkeliling Indonesia.
“Saat bertugas mendampingi cawapres itu pengalaman yang luar biasa, saya bisa berkunjung ke banyak tempat dan bertemu dengan banyak tokoh-tokoh negeri ini. Bagi saya yang hanya anak desa terpencil, pengalaman tersebut hanya bisa diperoleh karena menjadi polisi,” ucapnya.
Perjalanan panjang anak dari ujung Kalimantan ini hingga sampai di Polresta Banyumas menyisakan banyak cerita dan pesan mendalam. Bukan sebuah perjuangan yang mudah di tengah keterbatasan kondisi ekonomi, namun Kompol Berry mampu membuktikan bahwa usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil.