Banyumas, serayunews.com
Terletak di Banyumas ujung barat yang berbatasan dengan Kabupaten Cilacap, Kecamatan Gumelar sejak dulu terkenal sebagai kampung TKI, karena banyaknya warga Gumelar yang menjadi TKI. Namun, jika dulu banyak TKI yang berangkat secara ilegal, sekarang sudah tidak lagi. Edukasi serta pendampingan oleh Agus Supriyanto secara terus menerus membuat kesadaran warga mulai terbangun.
“Dulu waktu awal saya menjadi anggota DPRD, permasalahan seputar TKI cukup sering. Mulai dari yang penganiayaan oleh majikan, tidak dibayarkan gajinya, dan lainnya. Seringkali untuk menolong mereka, kita terhambat dengan dokumen, karena TKI tidak berangkat secara legal. Setelah kita rutin edukasi, perlahan kesadaran warga mulai tumbuh. Para TKI Gumelar sekarang sudah berangkat dengan jalur legal yang memiliki dokumen lengkap,” tuturnya.
Selain persoalan TKI, Wakil rakyat dari PDI Perjuangan ini juga konsisten memperjuangkan infrastruktur untuk masyarakat Gumelar dan sekitarnya. Awal Agus menjadi anggota DPRD, baru sekitar 30 persen jalan desa yang sudah beraspal dan sekarang persentasenya sudah meningkat hingga 90 persen.
“Kebutuhan di wilayah Gumelar dan sekitarnya, pada awalnya jelas infrastruktur seperti jalan, jembatan, drainase, irigasi, dan lainnya. Akses jalan penting untuk menghidupkan perekonomian warga, begitupun dengan irigasi karena banyak pula warga yang bertani di sini,” terangnya.
Ayah dua anak ini juga selalu mengedepankan koordinasi dengan para kepala desa di wilayah Gumelar. Sehingga untuk perbaikan jalan desa yang tidak tercover oleh dana desa, akan direalisasikan melalui bantuan keuangan dari APBD. Dengan duduk di Komisi II DPRD Banyumas, Agus lebih mudah untuk mengawal kebutuhan infrastruktur warga Gumelar dan sekitarnya.
Terkait masa jabatannya yang sampai 4 periode ini, lelaki kelahiran 4 Agustus 1968 ini bertutur, selalu memperhatikan dan memperjuangkan aspirasi masyarakat. Ia mempunyai kebiasaan, setiap kali selesai memperbaiki jalan ataupun infrastruktur lainnya, selalu menggelar syukuran. Syukuran dengan mengundang warga sekitar dan tokoh masyarakat serta perangat desa. Momen syukuran tersebut sekaligus juga menjadi ajang untuk menyerap aspirasi mereka.
“Kuncinya itu selalu ‘ngopeni’ rakyat dan juga libatkan struktural partai dalam berbagai kegiatan,” ucapnya.