SERAYUNEWS – IKEA merupakan salah satu furniture global terbesar dan terkenal sedunia, yang didirikan oleh Ingvar Kamprad di Älmhult pada tahun 1943 di Swedia.
IKEA awalnya adalah bisnis kecil yang menjual meja, kursi, bingkai foto, dan barang rumah tangga murah.
Nama asli IKEA berasal dari nama pendirinya, Ingvar Kamprad, serta nama tempat kelahirannya, Elmtaryd, yang merupakan peternakan keluarga Kamprad, dan Agunnaryd, desa asalnya.
IKEA membuka toko pertamanya yang berdiri di Älmhult, Swedia, pada tahun 1958.
Toko ini menjadi model untuk konsep toko IKEA yang kita kenal sekarang, dengan desain lebih besar dan area pameran luas.
Pernahkah Anda mengalami kesulitan saat berbelanja di IKEA? Mulai dari susah menemukan produk, memilih komponen yang tepat, hingga menyusun produk secara mandiri.
Tahukah Anda, semua keribetan ini ternyata merupakan taktik pintar untuk meningkatkan kesuksesan IKEA?
Di balik kesan yang merepotkan, ada strategi marketing sangat jitu yang berhasil menarik minat pelanggan dan meningkatkan kepuasan pada produk.
IKEA menawarkan konsep Do-It-Yourself (DIY) atau flat-pack yang mengharuskan pelanggan merakit barang yang mereka beli sendiri.
Konsep ini membedakannya dari banyak toko furniture lainnya. Meskipun terlihat seperti tambahan tanggung jawab, strategi ini sebenarnya adalah bagian dari pemasaran yang sangat efektif.
Dengan memanfaatkan ide ini, IKEA dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan memperkuat hubungan jangka panjang.
1. Merasakan kepuasan setelah akhirnya berhasil melewati proses perakitan furniture akan memberi kesan kebahagiaan kepada pembeli bahwa mereka telah berhasil mewujudkan sesuatu.
Merakit produk akan membuat pelanggan merasa lebih terikat dengan produk karena telah berkontribusi langsung pada pembuatannya.
Jadi, ini memberi pelanggan kepuasan psikologis yang lebih tinggi daripada hanya membeli barang jadi.
Rasa bangga dan kepuasan dengan hasil rakitan membuat pelanggan lebih menghargai barang yang dia beli.
2. Menurunkan Harga Produk
IKEA mengurangi biaya produksi dan pengiriman, sehingga bisa jadi salah satu alasan furnitur mereka lebih murah.
IKEA tetap kompetitif di pasar dengan menghindari biaya tambahan untuk perakitan dan pengiriman barang yang sudah jadi dengan meminta pelanggan untuk merakit sendiri barang tersebut.
Kualitas barang tetap menjadi prioritas meskipun harga jual lebih rendah.
3. Ciptakan Pengalaman Unik Saat Membeli Barang
IKEA berbeda dengan toko furniture lain karena menawarkan proses berbelanja yang lebih dari sekadar membeli barang.
Mereka mengatur maze layout toko sedemikian rupa layaknya labirin, disertai dengan adanya penunjuk jalan di setiap sudut.
Dengan begitu, tanpa sadar para pengunjung akan mengikuti petunjuk dan mengelilingi seluruh sudut IKEA, meskipun niat awal hanya ingin melihat satu barang saja.
Semakin banyak produk yang dilihat, akan semakin besar pula peluang pelanggan untuk menambah belanjaan.
4. Mengurangi Kemungkinan Pengembalian Produk
Pelanggan yang telah menghabiskan waktu dan usaha untuk merakit produk biasanya akan lebih menghargai barang tersebut dan merasa lebih terikat dengannya, sehingga lebih jarang mengembalikan karena rasa tidak puas.
5. Meningkatkan Rasa Kepemilikan
Para pelanggan merasa lebih memiliki barang saat membuatnya sendiri. Mereka tidak hanya membeli furniture, tetapi juga berinvestasi dalam waktu dan tenaga untuk membangunnya.
Rasa memiliki ini memengaruhi keputusan mereka untuk lebih menghargai dan merawat barang-barang tersebut, yang menghasilkan hubungan emosional lebih kuat antara barang dan konsumen.
Metode pemasaran IKEA ini ternyata sangat efektif dalam mempertahankan pelanggan setia.
Banyak pelanggan menjadi lebih terhubung dengan merek IKEA setelah mereka membuat produk sendiri dan merasa puas dengan pekerjaan mereka.
IKEA tidak hanya mengandalkan produk, tetapi juga menyediakan pengalaman yang menyenangkan untuk pelanggannya.
Hal tersebut jadi daya tarik utama IKEA, meskipun beberapa orang menganggapnya merepotkan.
Untuk memberikan nilai tambahan kepada pelanggan dari sudut pandang emosional, strategi pemasaran yang cerdas memanfaatkan proses yang tampaknya sulit.***