Purwokerto, serayunews.com
“Pertama masuk ke lingkungan sekolah ini, saya sudah berpikir, ini pasti bukan sekolah negeri,” ucapnya mengawali perbicangan dengan para guru Puhua School, Jumat (3/3/2023).
Eros Djarot mengungkapkan rasa bangganya setelah menyimak dan melihat langsung kehidupan toleransi di Puhua School. Para siswa dan guru tak hanya warga keturunan, tetapi banyak juga yang orang pribumi, bahkan banyak juga yang menggunakan jilbab.
“Saat ini di Jakarta, saya sedang membuat gerakan bhinneka nasional Tionghoa-Indonesia. Saya selalu tekankan, kapan mereka akan menjadi Indonesia jika di-China-kan terus. Ini kan pemikiran warisan zaman kolonial. Warisan kolonial menanamkan bahwa China masih di wilayah ekonomi yang dominan. Sehingga kemudian memunculkan kecemburuan sosial. Itu sudah tidak relevan lagi, karenanya saya selalu menekankan status pribumi tidak berdasarkan siapa yang melahirkan, warna kulit, mata dan sebagainya. Namun, siapapun manusia yang lahir di Indonesia dan mempunyai loyalitas, integritas, komitmen kepada negeri ini, maka dia Indonesia yang sebenarnya. Dia pribumi,” paparnya.
Baca juga: [insert page=’dibuka-gelombang-2-pendaftaran-peserta-didik-baru-sekolah-3-bahasa-putera-harapan’ display=’link’ inline]
Kepada para guru, Eros Djarot berpesan, bahwa sudah terbukti pendidikan formal tidak menjamin pekerjaan di lapangan. Sehingga, kegiatan ekstrakurikuler yang banyak di Puhua School justru lebih mengambil peran menentukan masa depan. Termasuk penguasaan 3 bahasa di sekolah tersebut.
“Anak-anak kita ini sering menjadi eksperimen menteri pendidikan, namun saya lihat Puhua School ini mempunyai standar pendidikan tersendiri. Sehingga jika tanding dengan siswa dari luar negeri sekalipun, akan mampu bersaing,” ucapnya.
Terkait kunjungannya ke Puhua School ini, Eros Djarot mengungkapkan, China dan Indonesia adalah saudara tua. Sehingga sudah seharusnya tidak hanya melihat dari perspektif kejahatan ekonomi segelintir orang saja. Sehingga ia sangat bersyukur, Puhua School menjadi institusi yang memberikan pendidikan berkualitas dan mencetak anak didik menjadi orang yang berbudaya baik dan toleransi tinggi.
“Semua berawal dari pendidikan, modal dasar utama adalah pendidikan. Jika pendidikannya baik, generasi ke depan juga baik dan Puhua School Purwokerto mengambil peran tersebut. Tentu saya sangat berterima kasih karena selaras dengan gerakan yang saat ini sedang kita lakukan,” kata Eros Djarot
Dalam kunjungan yang singkat tersebut, Secondary Principal of Puhua School, Fransiskus Xaverius David Ludiranto menyampaikan, Puhua ibarat seperti Indonesia mini. Berbagai macam suku ada yang bersekolah di sini. Kehidupan toleransi tumbuh subur, dimana ada 6 agama yang berdampingan di Puhua School.
Direkur Puhua School, Chen Tao MM menyatakan rasa bangganya mendapat kunjungan dari Eros Djarot. Ia memaparkan, Puhua School merupakan sekolah nasional yang berwawasan dan berkualitas internasional. Sehingga pendidikan nasionalisme tetap ada secara utuh kepada para siswa.
“Puhua School terbuka untuk semua masyarakat, filosofi kami adalah, pendidikan tanpa perbedaan. Kami berharap, pada kunjungan lain waktu Bapak Eros Djarot bisa bertemu langsung dengan para siswa untuk berbagi ilmu, tentu para siswa akan sangat senang dan antusias,” katanya.