SERAYUNEWS – Band punk asal Purbalingga, Sukatani, resmi menarik lagu mereka yang berjudul “Bayar Bayar Bayar” dari platform streaming musik pada Kamis, 20 Februari 2025.
Keputusan ini diambil karena lagu tersebut dianggap menyinggung institusi Kepolisian. Sebagai respons, Sukatani juga telah menyampaikan permintaan maaf melalui akun Instagram resmi mereka, @sukatani.band.
Meski begitu, album “Gelap Gempita” yang dirilis pada 24 Juli 2023 masih bisa dinikmati. Album ini berisi lagu-lagu dengan lirik tajam yang mengangkat berbagai isu sosial. Berikut informasinya:
Sukatani adalah band punk asal Purbalingga, Jawa Tengah, dengan dua personel, yakni Ovi alias Twister Angel (vokal) dan AI alias Alectroguy (gitar, programming drum & bass).
Nama Sukatani diambil dari gambaran desa yang asri dan makmur, meskipun dalam lirik-lirik mereka banyak tersirat kegelisahan terhadap isu sosial.
Musik mereka terinspirasi dari anarcho-punk era 80-an, proto-punk, serta sentuhan post-punk dan new wave.
Sukatani resmi terbentuk pada Oktober 2022, ketika Ovi, yang sudah lama berkecimpung di skena musik Purwokerto, mengajak AI untuk mengisi materi lagu.
Pada Juli 2023, mereka merilis album debut “Gelap Gempita”, yang membawa nama Sukatani semakin dikenal, terutama di kalangan underground.
Keunikan Sukatani terletak pada lirik-lirik mereka yang banyak menggunakan bahasa Banyumasan (Ngapak), seperti dalam lagu “Sukatani” dan “Alas Wirasaba”.
Saat tampil live, mereka tetap hanya berdua, dibantu oleh synthesizer dan suara rekaman drum & bass yang telah diprogram sebelumnya.
Popularitas Sukatani semakin meningkat setelah mereka tampil di festival besar seperti Pestapora 2024 dan Synchronize Festival 2024.
Lagu pembuka ini bercerita tentang rasa terima kasih kepada petani. Dengan lirik berbahasa Banyumasan, lagu ini mengingatkan pentingnya peran petani dalam kehidupan kita.
Musiknya menggabungkan nuansa post-punk dan new wave, menciptakan atmosfer yang unik.
Lagu ini menyampaikan pesan bahwa semangat punk tidak akan pudar seiring bertambahnya usia.
Sukatani ingin mengajak pendengar untuk tetap kritis dan berani menghadapi berbagai persoalan sosial.
Lagu ini mendorong pendengar untuk lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Pesannya kuat dan inspiratif, disampaikan dengan musik yang dinamis dan penuh energi.
Lagu ini membahas perubahan lingkungan akibat pembangunan bandara yang menggusur kawasan hutan.
Sukatani ingin mengingatkan bahwa pembangunan sebaiknya tidak mengorbankan alam dan kenangan masa kecil.
Lagu ini mengkritik gaya hidup konsumtif yang semakin menjadi-jadi.
Sukatani mengajak pendengar untuk berpikir ulang sebelum membeli sesuatu dan tidak terjebak dalam budaya konsumsi yang berlebihan.
Lagu ini menyindir mereka yang sering berbicara tentang solidaritas, tetapi tidak melakukan tindakan nyata. Sukatani menegaskan bahwa solidaritas bukan sekadar kata-kata, melainkan aksi nyata.
Sebagai lagu terakhir sekaligus judul album, “Gelap Gempita” menyatukan tema-tema yang ada dalam album ini.
Musiknya menggabungkan gothic-rock dan synth-pop, membuatnya terasa unik dan menarik.
Meskipun “Bayar Bayar Bayar” sudah ditarik, tujuh lagu lainnya masih bisa dinikmati di berbagai platform. Untuk update terbaru dari Sukatani, Anda bisa mengikuti akun Instagram mereka di @sukatani.band.***