SERAYUNEWS- Tradisi masyarakat di wilayah Jawa, sangat beragam. Seperti halnya Munggah Molo, tradisi warga Desa Timbang Wonosobo saat akan memasang atap rumah pada proses pembangunan. Meskipun tradisi itu sudah mulai luntur, ada juga daerah yang masih melestarikannya.
Di Desa Timbang Kecamatan Leksono Wonosobo, tradisi tersebut masih lestari. Seperti saat pemasangan atap Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) di wilayah Desa Timbang Leksono, beberapa waktu lalu.
Kepala Desa Timbang, Yoga Pramana mengatakan, acara selamatan ini merupakan tradisi yang biasa berlangsung saat membangun bangunan baru.
Ritual ini sebagai bentuk rasa syukur dan memohon keselamatan, agar pembangunan berjalan lancar tanpa halangan.
“Kegiatan selamatan ini adalah bagian dari budaya Jawa yang masih lestari. Tradisi saat membangun rumah, biasanya doa bersama, kemudian Munggah Molo (memasang molo/kayu sandaran atap)” ujarnya, Senin (27/5/2024).
Munggah Molo terdiri dari dua kata dalam Bahasa Jawa, yakni Munggah yang berarti naik atau menaikan. Sementara Molo berarti kerangka atap.
Prosesi ini berlangsung ketika proses pembangunan rumah memasuki tahap pemasangan kerangka atap.
“Kami berharap pembangunan TPQ ini dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya bagi dunia pendidikan agama,” ujar Yoga Pratama.