SERAYUNEWS- Malam Satu Suro adalah salah satu malam yang penuh makna dalam budaya dan kepercayaan masyarakat Jawa.
Meski bukan bagian dari kalender nasional secara resmi, peringatan ini tetap dirayakan dengan penuh kehormatan dan kehati-hatian.
Malam Satu Suro menandai awal Tahun Baru Jawa, yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.
Selain penuh nilai spiritual, Malam Satu Suro juga dipenuhi oleh berbagai mitos yang masih dipercaya oleh sebagian masyarakat hingga hari ini. Berikut beberapa di antaranya:
1. Pantangan Menggelar Pesta atau Hajatan
Banyak orang percaya bahwa malam Satu Suro adalah waktu yang kurang baik untuk menggelar pernikahan, syukuran, atau pesta. Konon, jika dilanggar, acara bisa saja terganggu atau mengalami musibah.
2. Malam Rawan Gangguan Gaib
Beberapa kalangan meyakini bahwa Malam Satu Suro adalah waktu di mana makhluk halus berkeliaran lebih aktif dari biasanya.
Oleh karena itu, orang-orang disarankan tidak keluar malam tanpa alasan penting, terutama ke tempat-tempat angker atau sepi.
3. Air Suro Punya Tuah
Air yang diambil dan didoakan pada malam ini disebut “Air Suro”. Masyarakat percaya bahwa air tersebut memiliki kekuatan magis yang bisa digunakan untuk perlindungan, pengobatan, atau membawa keberuntungan.
4. Tidak Boleh Bersuara di Makam Leluhur
Tradisi tapa bisu yang dilakukan di beberapa lokasi keramat seperti di Gunung Kawi atau sekitar makam leluhur, menjadi bentuk penghormatan kepada arwah.
Berbicara saat melakukan ritual ini dipercaya bisa mengundang bala.
5. Larangan Berpergian Jauh
Beberapa orang memilih untuk tidak melakukan perjalanan jauh saat malam Satu Suro karena diyakini membawa sial atau bisa mengundang celaka.
Sesuai dengan kalender Hijriah Global 1 Suro atau tahun baru masehi jatuh pada Jumat 27 Juni 2025. Maka dari itu, Malam Satu Suro diperkirakan jatuh pada kamis tanggal 26 Juni 2025.
Bagi masyarakat Jawa, terutama yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional dan spiritual, malam ini bukan sekadar pergantian tahun, tetapi juga momentum untuk introspeksi, menyucikan diri, serta menjauhkan diri dari hiruk pikuk duniawi.
Banyak keluarga yang memilih untuk berkumpul dan berdoa bersama, bahkan melakukan tirakat atau laku prihatin seperti puasa mutih, tapa bisu, atau meditasi malam hari.
Di lingkungan keraton seperti Keraton Yogyakarta dan Surakarta, malam ini biasanya ditandai dengan prosesi kirab pusaka.
Pusaka-pusaka keraton diarak keliling dengan penuh khidmat sebagai simbol membersihkan energi negatif dan menandai awal spiritual yang baru.
Terlepas dari benar atau tidaknya mitos-mitos tersebut, Malam Satu Suro tetap menjadi bagian penting dari warisan budaya yang menggambarkan kekayaan spiritual dan filosofi hidup masyarakat Jawa.
Di tengah modernisasi, peringatan ini masih lestari, terutama di kalangan komunitas adat dan spiritual.
Sebagian masyarakat memaknainya sebagai momentum untuk berdiam diri, mengevaluasi diri, dan menata niat dalam menyongsong tahun yang baru.
Mitos boleh jadi tidak sepenuhnya rasional, tetapi nilai-nilai moral dan etika yang terkandung di dalamnya tetap relevan untuk dijadikan pelajaran.
Demikian informasi tentang Malam Satu Suro kapan dan tanggal berapa.***