
SERAYUNEWS–Hingga pekan ke-16 Liga Inggris, Arsenal masih kokoh di puncak klasemen sementara dengan raihan 36 poin. Namun posisi tersebut belum sepenuhnya aman. Manchester City terus membayangi di urutan kedua dengan selisih hanya dua poin. Jarak yang begitu tipis membuat peluang juara Arsenal kembali dipertanyakan banyak pihak.
Tak sedikit publik yang menilai situasi ini bukan hal baru bagi The Gunners. Dalam beberapa musim terakhir, Arsenal kerap tampil meyakinkan di awal kompetisi, bahkan sempat memimpin klasemen. Namun, pengalaman pahit masa lalu membuat para penggemar enggan terlalu cepat berharap.
Seperti yang terjadi pada musim lalu. Arsenal mengawali kompetisi dengan performa impresif dan sempat digadang-gadang menjadi kandidat kuat juara. Sayangnya, memasuki pertengahan hingga akhir musim, performa pasukan Mikel Arteta justru menurun. Mereka akhirnya harus rela melihat Liverpool keluar sebagai juara dengan 84 poin dari 38 laga, sementara Arsenal finis di posisi kedua dengan 74 poin.
Fenomena ini kerap dianggap sebagai “kutukan” Arsenal pasca keberhasilan legendaris mereka pada musim 2003/2004, saat menjuarai Liga Primer tanpa satu pun kekalahan. Sejak saat itu, gelar Liga Inggris seolah menjauh, meski Arsenal hampir selalu dihuni pemain-pemain bertabur bintang.
Pada musim 2010/2011 misalnya, Arsenal memiliki striker tajam asal Belanda, Robin van Persie. Namun potensi sang kapten kala itu gagal dimaksimalkan. Van Persie justru hengkang ke Manchester United pada musim berikutnya dan langsung menjelma menjadi mesin gol mematikan di bawah asuhan Sir Alex Ferguson.
Di musim perdananya bersama Setan Merah, van Persie sukses membawa Manchester United menjuarai Premier League sekaligus menyabet gelar top skor. Sebuah kisah yang masih menjadi luka lama bagi pendukung Arsenal.
Kini, memasuki musim 2025/2026, Arsenal dinilai tak lagi punya banyak alasan untuk gagal. Skuad utama mereka terbilang mentereng, dengan kedalaman tim yang sangat kompetitif di setiap lini.
Di sektor depan, Arsenal memiliki Viktor Gyökeres, Bukayo Saka, Eberechi Eze, Noni Madueke, Gabriel Martinelli, Gabriel Jesus, Ethan Nwaneri hingga Kai Havertz. Lini tengah pun diisi nama-nama kelas atas seperti Martin Ødegaard, Declan Rice, Martin Zubimendi, Leandro Trossard, Mikel Merino, Myles Lewis-Skelly, hingga deretan gelandang muda potensial.
Sementara di lini belakang, Arsenal diperkuat William Saliba, Piero Hincapié, Gabriel Magalhaes, Cristhian Mosquera, Jurrien Timber, Jakub Kiwior, Riccardo Calafiori, Oleksandr Zinchenko, Ben White, Joshua Nichols, hingga Marli Salmon. Pos penjaga gawang juga tak kalah solid dengan kehadiran David Raya, Karl Hein, Alexei Rojas, dan Tommy Setford.
Dengan komposisi pemain tersebut, ekspektasi publik terhadap Arsenal tentu sangat tinggi. Banyak yang menilai inilah musim terbaik Arsenal untuk mengakhiri puasa gelar Liga Inggris.
Namun demikian, sejumlah pundit tetap melontarkan kritik. Arsenal disebut harus membuktikan bahwa mental juara mereka benar-benar matang. Sebab, dalam beberapa musim terakhir, saat gelar sudah di depan mata, Arsenal justru kerap tergelincir di momen krusial jelang akhir musim.
Apakah musim ini ceritanya akan berbeda? Atau Arsenal kembali harus menunda mimpi juara?