“Kita dari Forkopimda, hari ini menyiagakan seluruh pasukan kita masing-masig agar Jawa Tengah siap menghadapi situasi yang terburuk,” kata Ganjar di halaman kantornya usai memimpin Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Ancaman Bencana pada Musim Hujan dan Dampak La Nina Jateng, Selasa (9/11/2021).
Hal yang paling penting dalam kesiapsiagaan adalah edukasi seperti halnya menggunakan Early Warning System (EWS). Dalam hal ini, Ganjar mencontohkan alat yang paling sederhana yakni kentongan serta ilmu titen.
“Kalau di ndeso itu kabeh ngerti, niteni (kalau di desa itu semua mengerti, bisa diketahui), kalau cuaca ini harus seperti apa dan seterusnya,” imbaunya.
Plt Kalakhar BPBD Provinsi Jateng Safrudin mengatakan, pihaknya juga telah memasang EWS di beberapa titik. EWS itu untuk menandai adanya longsor.
“EWS kita ada yang kita pasang dari BPBD. Early Warning System untuk longsor, jadi kita pasang di beberapa titik,” kata Safrudin.
BPBD juga akan melakukan perbaikan EWS seperti yang ada di Wonosobo. Menurutnya, EWS mestinya dirawat masyarakat.
“Masyarakat mungkin kurang tahu fungsinya. Padahal itu untuk melindungi mereka. Membuat mereka tidur nyenyak ketika musim hujan. Kadang-kadang sering bunyi. Padahal bunyi kan untuk mengingatkan mereka bahwa ada pergerakan tanah,” jelasnya.
Safrudin menyebutkan ada sekitar 9.631 relawan yang sudah disiapkan dengan berbagai kecakapan masing-masing sesuai bidangnya. Termasuk juga peralatan. Mereka akan siaga menghadapi potensi bencana alam seperti banjir, hingga longsor.