
SERAYUNEWS- Neni, terlihat tertatih berjalan membukakan pintu rumahnya saat serayunews.com berkunjung ke kediamannya di Desa Pucang Kecamatan Bawang Banjarnegara, Kamis(21/9/2023).
Neni menempati rumah kecil permanen yang ada di halaman depan komplek makam Purbayasa, di Desa Pucang Kecamatan Bawang Banjarnegara.
Makam ini juga di kenal sebagai komplek makam bupati Banjarnegara. Dalam komplek ini, terdapat makam Bupati Banjarnegara pertama yaitu Bupati Dipa Yudha dan Bupati Soemitro Kolopaking.
Neni, merupakan istri dari almarhum Mbah Wignyo, juru kunci makam (Jurkam) Purbayasa. Sang suami sudah meninggal, sejak Oktober 2022 silam.

“Mbah Wignyo di angkat jadi juru kunci makam, sejak 26 Agustus 1986 dengan SK Yayasan Pesarean Purbayasa,” katanya.
Sepeninggal Mbah Wignyo, tugas sebagai juru kunci makam di teruskan oleh kedua anaknya yaitu Trisiono dan adiknya. Keduanya bekerja sebagai buruh perajin ukiran, di Banjarnegara.
“Kami harus bekerja lain, agar mendapat penghasilan. Karena semasa hidup Mbah Wignyo, tidak mendapat bayaran dari pemerintah. Tapi menjadi perawat makam orang penting, jadi bakti dan kebanggaan keluarga,” katanya.
Mbah Wignyo memiliki 4 anak, semuanya sudah berumah tangga. Sehingga kebutuhan hidup Neni, sejauh ini di cukupi oleh anak-anaknya. Neni sendiri, menempati rumah yang sudah permanen dan berdiri di atas tanah milik Yayasan Purbayasa.
Pemerhati budaya dan sejarah Banjarnegara, Aris Amaludin menilai, harus ada perhatian khusus bagi makam dan juru kuncinya. Karena sosok ini, berkaitan dengan sejarah Banjarnegara.
“Di Purbayasa terdapat makam 2 bupati buka tutup atau bupati pertama dan terakhir yang berdarah biru, yaitu Dipa Yudha dan Soemitro Kolopaking. Selepas itu, sudah dari kalangan biasa,” katanya.
Jika melihat kondisinya, makam Purbayasa ini masih sangat minim fasilitas. Nyaris tidak ada pertanda, betapa orang yang di makamkan di dalamnya merupakan bagian dari sejarah penting Banjarnegara.
“Jasmerah! Seharusnya sudah menjadi literasi atau bahkan muatan lokal, tentang sejarah Banjarnegara. Sehingga tidak hilang nilai sejarahnya. Jika tidak masuk dalam pelajaran di sekolah, bisa jadi pentingnya sejarah akan tidak di kenal oleh generasi saat ini dan selanjutnya,” katanya.
Selain Purbayasa yang kurang adanya sarana edukasi, Komplek Makam Blambangan di Desa Blambangan Kecamatan Bawang juga kurang ada penanda. Sehingga yang tidak hafal letaknya, akan kesulitan menemukan lokasinya.
Padahal, di komplek Blambangan terdapat makam Bupati Banjarnegara Djojo Nagoro I, Djojo Nagoro II termasuk juga makam Kapolri ke II yaitu R Sukarno Djojo Nagoro.
Sedangkan komplek makam Kauman di barat Masjid Agung Banjarnegara, juga terdapat makam Bupati Dipa Diningrat dan Keluarganya.
“Apapun itu, orang yang di makamkan di tempat tersebut, orang yang berjasa. Karena mereka pasti berpikir prihatin, untuk rakyat dan wilayah Banjarnegara. Saya berharap agar masyarakat Banjarnegara dan pemerintah, mulai membuat terobosan agar jasa mereka tidak akan menjadi dongeng belaka,” katanya.