SERAYUNEWS— Festival Gunung Slamet (FGS) ke-7 kembali digelar di tahun 2024 dan berpusat di objek wisata Dlas di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga pada 12-14 Juli 2024.
Banyak hal menarik dari festival ini, termasuk salah satunya mengetahui siapa sebenarnya pemilik dan pengelola obyek wisata ini.
Seperti diketahui, setidaknya ada tiga destinasi wisata di Kabupaten Purbalingga yang tersohor, yaitu Owabong, Purbasari Pancuran Mas dan D’Las.
Bedanya, pengelola Owabong adalah BUMD Purbalingga dan Purbasari Pancuran Mas adalah swasta. Kemudian, pengelola D’Las adalah masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).
Di lokasi wisata ini, wisatawan langsung akan melihat hamparan kebun stroberi yang tertanam rapi.
Desa wisata ini merupakan tempat rekreasi keluarga dengan berbagai fasilitas seperti kolam renang, tempat bermain anak, kafe.
Bahkan, ada pula cottage atau penginapan bagi yang ingin menikmati udara malam yang dingin khas pegunungan.
Selain itu, terdapat juga D’Las Zoo dengan sedikitnya ada 15 jenis satwa yang unik dan mungkin jarang dijumpai di tempat umum.
D’Las Zoo memiliki konsep wisata edukasi keluarga dengan mendatangkan berbagai binatang eksotis seperti fennec fox, pygmy goat atau kambing mini, rakun, merak, alpaka, merkat, burung onta, kuda poni, rusa, dan lainnya.
Desa ini dulunya merupakan desa miskin non bengkok, pada 2007 masuk zona merah kemiskinan.
Namun di sisi lain, Desa Serang memiliki potensi alam yang bisa berkembang menjadi destinasi wisata. Tanah yang gembur menjadikan sayur mayur dan buah-buahan tumbuh subur, sehingga sangat mendukung dalam pengembangan agrowisata.
Melihat potensi ini, merka kemudian merencanakan mengelola desa wisata melalui Bumdes. Hasilnya, desa wisata mampu menggerakan perekonomian masyarakat.
Akhirnya, saat ini Serang telah menjadi desa maju berdasarkan Indeks Desa Membangun dari Kementerian Desa PDTT tahun 2022.
Awalnya, pemerintah Desa Serang menggarap lahan tidak produktif menjadi Desa Wisata Lembah Asri Serang (D’las). Secara bersamaan, mereka membuat Bumdes pada tahun 2009 dengan pendampingan Balai Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD).
Lantas pada 2010, desa ini mulai merintis usaha membuka flying fox dari alokasi Dana Desa. Pembangunan wisata ini pun berlanjut hingga sampai saat ini, terdapat total 23 wahana yang ada di D’las.
Kepala Desa Serang Sugito menjelaskan semuanya berawal dari modal Rp 9 juta dan dukungan dari masyarakat setempat, Sugito mengatakan potensi Desa Serang semakin meningkat.
“Dan alhamdulillah D’las yang tadinya bermodalkan Rp 9 juta dari alokasi dana desa, sekarang untuk asetnya sudah sekitar Rp 30 miliar,” jelasnya pada akhir 2023 lalu.
“Alhamdulillah dari tahun ke tahun masih lumayan pendapatannya karena kita selalu membuka wahana baru di obyek wisata D’las. Jadi, kita sudah sampai di angka sekitar Rp 8 miliar setahunnya untuk pendapatan semuanya dari sektor pariwisata,” jelas Sugito.
Saat ini, warga desa yang sebelumnya hanya menggantungkan hidup di sektor pertanian sekarang sudah ada yg menjadi pelaku usaha, karyawan, dan operator bahkan dengan adanya Bumdes masyarakat sudah menyertakan modal untuk pengembangan pariwisata.***(O Gozali)