SERAYUNEWS- Ada sejumlah tradisi dalam masyarakat untuk menyambut Bulan Suci Ramadan 2025.
Salah satu tradisi yang masih berjalan di masyarakat, khususnya di Jawa, ada tradisi megengan.
Megengan adalah salah satu tradisi khas masyarakat Jawa dalam menyambut Bulan Suci Ramadan.
Kata megengan berasal dari bahasa Jawa megeng, yang berarti menahan—melambangkan awal dari ibadah puasa di bulan Ramadan.
Akademisi UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto, Dr Muhammad Ash-Shiddiqy dalam artikelnya menyebutkan, tradisi ini tidak sekadar ritual budaya, tetapi juga memiliki makna spiritual mendalam, menggabungkan ajaran Islam dengan kearifan lokal.
Melalui megengan, masyarakat mempersiapkan diri secara spiritual sebelum memasuki bulan penuh berkah.
Tradisi ini juga menjadi sarana silaturahmi, berbagi rezeki, serta mendoakan leluhur yang telah berpulang.
Megengan biasanya berlangsung beberapa hari sebelum bulan Ramadhan tiba. Ada tiga kegiatan utama dalam tradisi ini.
1. Kenduri atau Selamatan
Kenduri merupakan inti dari megengan. Masyarakat berkumpul di rumah, masjid, atau musala untuk menggelar doa bersama, tokoh agama atau sesepuh desa memimpinnya.
Dalam acara ini, hidangan berupa nasi, lauk-pauk, dan kue tradisional tersaji untuk masyarakat santap bersama atau bagikan kepada tetangga.
Selamatan ini mencerminkan nilai kebersamaan, gotong royong, serta doa memohon berkah dan perlindungan dari Allah Swt. menjelang Ramadan.
2. Membagikan Kue Apem
Kue apem adalah simbol khas dalam tradisi megengan. Kata apem diyakini berasal dari bahasa Arab afwun, yang berarti ampunan.
Dengan membagikan apem, masyarakat Jawa melambangkan permohonan maaf dan ampunan sebelum memasuki bulan suci.
Kue ini terbuat dari tepung beras, santan, dan gula, menciptakan rasa yang manis dan lembut.
Filosofinya sederhana. Sebelum Ramadan, umat Islam dianjurkan untuk menyucikan hati, meminta maaf kepada sesama, serta meningkatkan amal ibadah.
3. Ziarah Kubur
Selain selamatan dan berbagi apem, ziarah kubur menjadi bagian tak terpisahkan dari megengan. Masyarakat mengunjungi makam keluarga atau leluhur untuk berdoa dan membersihkan area sekitar makam.
Ziarah kubur mengingatkan manusia akan kehidupan akhirat dan pentingnya mempersiapkan diri secara spiritual. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi bentuk penghormatan kepada mereka yang telah tiada.
Megengan bukan sekadar tradisi, melainkan juga sarat dengan nilai-nilai luhur yang masih relevan dengan kehidupan masyarakat.
1. Spiritualitas dan Persiapan Diri
Megengan mengajarkan pentingnya persiapan mental dan spiritual sebelum menjalankan ibadah puasa.
Doa bersama, kenduri, dan ziarah kubur menjadi momen refleksi untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah Swt.
2. Silaturahmi dan Kebersamaan
Tradisi ini mempererat hubungan sosial antarwarga. Kenduri menjadi ajang berkumpul, berbagi makanan, dan saling memaafkan, mencerminkan nilai persaudaraan dalam Islam.
3. Gotong Royong
Persiapan kenduri hingga pembagian apem dilakukan bersama-sama, menanamkan semangat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Tradisi ini memperkuat rasa kebersamaan dan kepedulian sosial.
4. Pendidikan Agama
Megengan juga menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai Islam kepada generasi muda.
Anak-anak belajar tentang pentingnya berpuasa, berdoa, serta berbuat baik kepada sesama sejak dini.
Megengan adalah perpaduan harmonis antara ajaran Islam dan budaya Jawa dalam menyambut Ramadhan.
Tradisi ini bukan hanya bentuk pelestarian budaya, melainkan juga refleksi spiritual yang mengajarkan persiapan batin, kebersamaan, dan kepedulian sosial.
Dengan menjaga dan meneruskan megengan, masyarakat Jawa tidak hanya memperkuat identitas budaya mereka, tetapi juga memelihara nilai-nilai keislaman warisan secara turun-temurun.
Ramadan pun disambut dengan hati yang bersih, penuh keberkahan, serta rasa syukur kepada Allah Swt.***