Bekerjasama dengan Bank Indonesia, OW Guci menggunakan aplikasi Quick Response Code Indonesia (QRIS) untuk mendukung program pembayaran non tunai itu. Usai diresmikan, Ganjar langsung mencoba penerapan pembayaran non tunai itu dengan berpura-pura sebagai pengunjung OW Guci dan melakukan transaksi menggunakan gawainya.
“Sudah ini, sudah berhasil. Jadi pak Ganjar datang lima orang dengan totalnya biayanya Rp51.000 ya pak,” kata Bupati Tegal, Umi Azizah yang hadir secara langsung dalam peluncuran itu menunjukkan struk pembayaran tiket Ganjar.
Ganjar sendiri mengapresiasi penerapan pembayaran non tunai di OW Guci itu. Ia meminta semua destinasi wisata di Jawa Tengah melakukan hal yang sama.
“Ini menarik, karena BI punya aplikasi QRIS yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran non tunai. Saya mendorong agar di tempat-tempat wisata, tempat belanja, rumah makan dan lainnya di Jawa Tengah juga menerapkannya,” kata Ganjar.
Penerapan pembayaran non tunai di tempat-tempat wisata lanjut Ganjar merupakan langkah tepat untuk mewujudkan adaptasi kebiasaan baru selama pandemi Covid-19. Dengan sistem chasless tersebut, maka akan mengurangi sentuhan langsung dan mengurangi risiko penularan.
“Dengan chasless payment, kita tidak bersentuhan langsung dan tidak perlu pegang-pegang uang. Cukup menggunakan aplikasi dan hanya ditempelkan saja. Betul-betul contactless dan ini sangat aman untuk kita menghindari potensi penularan karena sentuhan langsung,” terangnya.
Selain itu lanjut Ganjar, penggunaan sistem pembayaran non tunai ini juga bisa mengurangi potensi kecurangan atau korupsi. Mekanisme non tunai yang langsung ditransfer antara bank to bank membuat potensi penyalahgunaan keuangan bisa dihindari.
“Jadi integritas bisa dijaga, karena uangnya akan terdeteksi dengan lengkap. Ini bisa mencegah korupsi,” tegasnya.
Tak hanya itu, juga menyebut manfaat lain dari penggunaan sistem non tunai itu. Di antaranya membuat masyarakat lebih aman karena tidak perlu membawa uang dalam jumlah besar saat berwisata.
Lebih dari itu, dengan mekanisme non tunai maka ada data yang terhimpun. Data yang masuk itu bisa digunakan untuk memotret perilaku konsumen saat berwisata dan bisa digunakan sebagai pisau analisis.
“Dia datang berapa orang, beli apa saja, tujuannya kemana kan bisa dikumpulkan. Nah data itu bisa menjadi alat untuk melakukan analisis untuk pengembangan destinasi wisata. Tak hanya destinasi wisata, kalau ini dilakukan di hotel, restoran, tempat belanja dan lainnya di Jawa Tengah, maka akan menarik. Saya tentu mendukung,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah, Pribadi Santoso mengatakan, BI terus mendorong sistem pembayaran elektronik pada seluruh lapisan masyarakat. Harapannya, dengan masifnya pembayaran non tunai tersebut khususnya selama pandemi, akan mengurangi potensi penularan Covid-19 dari sentuhan langsung dan dari uang tunai
“Penggunaan pembayaran non tunai melalui QRIS cukup tinggi. Saat ini saja, sudah ada ratusan ribu merchant yang menggunakan QRIS di Jawa Tengah,” katanya.