
SERAYUNEWS – Drama dan teater merupakan dua bentuk seni yang telah berkembang sejak ribuan tahun lalu dan terus bertahan hingga saat ini karena kemampuannya menyampaikan emosi, konflik, dan pesan kehidupan dengan cara yang unik.
Meski sering disebut dalam konteks yang sama, keduanya sebenarnya memiliki perbedaan fundamental, baik dari aspek bentuk, fungsi, media penyajian, hingga cara audiens menikmati karya tersebut.
Perbedaan inilah yang menjadikan drama dan teater memiliki karakter masing-masing di dalam dunia seni pertunjukan modern.
Dalam masyarakat umum, istilah drama sering digunakan untuk merujuk pada pertunjukan teatrikal. Padahal, drama pada dasarnya adalah karya tulis atau karya sastra, sedangkan teater adalah kegiatan pementasannya.
Pemahaman ini penting agar masyarakat, khususnya pelajar atau pecinta seni, dapat membedakan unsur sastra dan unsur pertunjukan secara jelas.
Secara etimologis, istilah drama berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti “bergerak” atau “berbuat”.
Dalam konteks sastra, drama merupakan karya yang berisi dialog, konflik, serta rangkaian aksi tokoh yang ditulis untuk menggambarkan sebuah cerita.
Drama dapat dibaca layaknya novel atau karya sastra lainnya, dan tidak harus selalu dipentaskan untuk dapat dinikmati oleh pembaca.
Di sisi lain, teater berasal dari kata Yunani “theatron” yang berarti “tempat untuk melihat”.
Dalam perkembangan modern, teater dipahami sebagai seni pertunjukan yang menampilkan cerita kehidupan manusia melalui gerak, dialog, musik, pencahayaan, tata panggung, serta berbagai elemen artistik lainnya.
Dengan kata lain, teater adalah bentuk realisasi dari cerita yang disajikan secara langsung kepada penonton melalui pementasan.
Keduanya saling berkaitan, tetapi perannya berbeda: drama sebagai teks dan teater sebagai bentuk visualisasi.
Untuk memahami perbedaannya secara mendalam, dapat dilihat dari beberapa aspek yang menjadi pembeda utama antara dua bentuk seni tersebut.
Pertama, perbedaan media pementasan. Drama dapat dipentaskan di berbagai tempat, baik ruang sederhana maupun ruang terbuka, bahkan dapat dinikmati tanpa pementasan sama sekali.
Pembaca sudah dapat memahami alur cerita melalui naskah drama. Sebaliknya, teater umumnya membutuhkan panggung yang terstruktur, lengkap dengan tata cahaya, tata suara, properti artistik, dan berbagai unsur pendukung pertunjukan lainnya.
Teater membutuhkan persiapan yang lebih kompleks karena menghadirkan keseluruhan elemen visual dan audio.
Kedua, fokus pertunjukan juga menjadi pembeda penting. Drama menitikberatkan pada cerita, tema, alur, karakter, dan konflik adalah bagian yang paling dikedepankan.
Sedangkan teater berfokus pada bagaimana cerita tersebut dihidupkan. Aktor, penataan panggung, penyutradaraan, kostum, hingga interpretasi artistik menjadi faktor penentu kualitas teater.
Ketiga, bentuk dasar karya. Drama hadir sebagai karya sastra yang ditulis dan dapat diapresiasi tanpa harus dipentaskan. Sementara itu, teater adalah bentuk pertunjukan langsung yang lahir dari interpretasi terhadap naskah drama.
Dengan demikian, drama sering menjadi fondasi utama bagi teater, tetapi tidak semua drama harus dipentaskan.
Keempat, sumber cerita yang digunakan. Drama biasanya mengangkat kisah nyata atau peristiwa kehidupan sehari-hari yang dekat dengan pembaca.
Sementara teater dapat menampilkan cerita dari legenda, mitologi, folklore, naskah klasik, hingga karya sastra modern. Teater memiliki ruang yang lebih luas dalam memilih materi pementasan.
Kelima, interaksi dengan penonton. Drama sebagai teks tidak melibatkan interaksi langsung dengan pembaca. Sebaliknya, teater menghadirkan pengalaman yang sangat bergantung pada suasana ruang pentas dan respons penonton.
Meski tidak selalu berinteraksi secara langsung, pementasan teater menyampaikan dinamika emosional yang lebih hidup.
Terakhir, sifat penyajian keduanya berbeda. Drama bersifat statis karena teks tidak berubah meski dibaca berulang.
Teater bersifat dinamis karena setiap pementasan dapat menghadirkan interpretasi baru tergantung aktor, sutradara, serta elemen artistiknya.
Hal inilah yang membuat teater selalu terasa berbeda meski mengangkat naskah yang sama.
Demikian informasi tentang perbedaan sastra drama dan drama teater.***