Purbalingga, serayunews.com
“Acara dilaksanakan di kompleks Bioskop Misbar Taman Kota Usman Janatin, mulai pukul 16.00 hingga menjelang Maghrib pada Rabu (5/5/2021) hingga Sabtu (8/5/2021) mendatang. Kami beri tajuk “Nggolet Sore”,” kata Ketua DKP Bowo Leksono, Kamis (6/5/2021).
Dia menyampaikan pementasan salah satunya untuk mengisi waktu berbuka puasa. Di sini sejumlah kesenian ditampilkan. Mulai dari seni tradisi, seni lukis, musik, dan juga pembacaan puisi. Dia menyampaikan setiap harinya ada satu seni tradisi yang tampil, dua grup musik, tiga seni lukis dan dua pembacaan puisi.
Di seni lukis terdapat empat komunitas yang ikut meramaikan acara tersebut. Masing-masing dari Komunitas Blarak, Wongso Art, Manahati, dan Umah Kartun.
“Sedangkan di pembacaan puisi komunitas Sastra Perwira (Katasapa) yang ikut ambil bagian,” tuturnya.
Pada hari pertama Rabu (5/5/2021) ditampilkan kesenian tradisi Angguk dari Desa Kembangan Kecamatan Bukateja. Grup musik Limbah Band dan Modestly mengisi panggung musik, tiga pelukis masing-masing Efendi, Muhammad Sya’din, dan Annisa Rakhma ikut melukis.
Sedangkan dua sastrawan masing-masing Agustav Triono dan Wisnu Setyaningsih membacakan puisi.
“Hari ini ditampilkan kesenian tradisi Rodat dari Desa Karangtalun Kecamatan Bobotsari. Pentas musik menampilkan KKalian Bahagia Band dan The Rose Band. Tiga pelukis yang tampil masing-masing Hendrik Dwi Pratikto, Slamet Riyadi, dan Atilla Rahmania ZW.
“Pembacaan puisi dilakukan oleh Ikrom Rifai dan Ryan Rachman,” terangnya.
Rencananya pada Jumat (7/5/2021) dan Sabtu (8/5/2021) akan ditampilkan masing-masing kesenian Daeng dari Desa Kedungbenda Kecamatan Kemangkon dan kesenian Dames dari Desa Cendana Kecamatan Kutasari. Grup musik yang tampil masing-masing Mastri Band serta Singniat Akustik dan Nuansa Pagi Band juga OK Gracia GKJ Purbalingga. Sedangkan pelukis yang tampil masing-masing Rizka Dwi Anggraini, El Permana, Tri Herwanto, Pandu Hanin Dhito, Bambang Basuki, dan Suratno Amru.
“Sastrawan yang baca puisi masing-masing Meinur Diana Irawati, Guyub Trianto Nugroho, Sigit Emwe dan Trisnanto Budidoyo,” tandasnya.
Bowo menambahkan selain sebagai ajang silaturahmi, kegiatan ini juga merupakan wahana untuk nguri uri kesenian tradisional dan seni kreatif lainnya di Purbalingga. Apalagi di masa pandemi sejumlah pegiat seni kesulitan panggung untuk tampil.
“Nggolet Sore bisa menjadi pelepas rindu dan pelipur lara di tengah keterbatasan akibat pandemi yang terjadi saat ini,” imbuhnya.