SERAYUNEWS – Nama Valentinus Resa tiba-tiba menjadi sorotan. Presenter Metro TV ini viral karena gaya penyampaiannya yang unik, satir, dan sedikit nyeleneh dalam membawakan berita.
Banyak yang menganggap gaya Valentinus segar dan menghibur, tapi rupanya tidak semua pihak sependapat. Salah satu suara keras penolakan datang dari organisasi bernama Perisai Kebenaran Nasional.
Ormas ini menyampaikan somasi secara terbuka, menyebut bahwa gaya Valentinus berpotensi merusak tatanan penyiaran nasional.
Siapa sebenarnya mereka? Apa yang membuat penyajian berita satir mereka anggap serius hingga menimbulkan reaksi keras?
Valentinus menjadi perbincangan usai cuplikan tayangannya tersebar luas di media sosial, khususnya X (sebelumnya Twitter).
Dalam video itu, ia membawakan berita dengan cara tidak biasa—menggunakan sindiran, intonasi tajam, dan guyonan halus yang membalut fakta.
Respons publik pun beragam. Banyak orang menganggap pendekatannya menyenangkan dan berhasil membuat penonton lebih mudah mencerna berita.
Namun, bagi sebagian pihak seperti Perisai Kebenaran Nasional, gaya ini melanggar norma penyiaran.
Dalam video akun @mdy_asmara1701 pada 5 April 2025, perwakilan Perisai Kebenaran Nasional menyampaikan keberatan mereka.
Mereka menilai penyampaian berita seperti itu bisa mengganggu profesionalisme jurnalisme.
“Seorang host dari Metro TV ini masih sangat rendah mutunya. Inilah yang disebut bercanda tapi merusak tatanan,” ujar mereka dalam video berdurasi lebih dari 4 menit itu.
Perisai Kebenaran Nasional atau PKN bukanlah organisasi yang muncul tiba-tiba. Tiga tokoh, yakni Dikaios Kaleb Mangapul Sirait, Debiyuti Fani Simbolon, dan Mohammad Holili, mendirikan ormas ini.
Mereka mengaku memiliki visi sebagai pejuang kebenaran yang menjunjung tinggi hukum dan keadilan, terinspirasi oleh cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.
PKN secara resmi berdiri pada 22 Juni 2021 dan mendapat pengesahan badan hukum dari Kementerian Hukum dan HAM pada 27 September 2021.
Mereka memiliki fokus di bidang pengawasan penegakan hukum dan perlindungan hak narapidana.
Struktur organisasi PKN terdiri dari Dewan Pengurus Pusat (DPP), DPD, DPC, hingga PAC dan ranting. Kantor pusatnya berada di Rawalumbu, Kota Bekasi.
Mereka aktif menyuarakan keadilan sosial dan ketertiban hukum, serta mengaku siap bersuara bila ada yang menyeleweng dari norma atau aturan negara, termasuk dalam dunia media dan penyiaran.
Dalam pernyataannya, ormas ini tidak hanya mempersoalkan gaya pembawaan Valentinus, tapi juga menyinggung soal kemungkinan adanya agenda tersembunyi.
Lebih lanjut, mereka juga mencurigai adanya kepentingan politik di balik gaya satir presenter Metro TV tersebut.
“Ingat, seperti apa media ini dan siapa pemiliknya. Seperti apa politik saat ini, harus dilihat semua. Diduga host ini hendak menjatuhkan pikiran orang-orang berdasarkan canda-canda penyiaran yang tidak membangun,” tegas perwakilan PKN.
Meski tidak menyebut nama secara langsung, ucapan ini mengarah pada dugaan bahwa penyampaian berita telah dimanfaatkan untuk menyisipkan narasi tertentu yang dianggap tidak netral.
Penutup
Apakah gaya nyentrik seorang presenter bisa membahayakan tatanan penyiaran nasional? Atau justru menjadi bagian dari evolusi jurnalisme yang makin dekat dengan publik?
Perisai Kebenaran Nasional telah menyatakan sikap. Namun publik pun punya suara—dan suara mereka kini ramai bergema di lini masa.
Di tengah perdebatan ini, satu hal yang pasti, media dan ormas sama-sama punya peran menjaga keberimbangan, sekaligus mengingatkan bahwa penyampaian informasi adalah bukan urusan sepele.***