SERAYUNEWS– Perseteruan Cak Imin-Gus Ipul terjadi pada tahun 2007. Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dengan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) pernah berseteru urusan politik. Saat itu, Gus Dur memberi nasihat agar keduanya tetap menjaga persaudaraan.
Cak Imin dan Gus Ipul masih saudara sepupu. Cak Imin adalah anak bibi Syaiful. Keduanya adalah keponakan Gus Dur.
“Kalau berantem itu urusan mereka. Ribut ya ribut, tapi persaudaraan jangan berhenti,” kata Gus Dur (18/2/2007).
Saat ini, perseturuan kembali terjadi. Gus Ipul awalnya mengajak PKB kembali ke pangkuan NU. Terima hasil Pemilu. Ajakan ini mendapat respons keras Cak Imin dengan mengatakan Gus Ipul sebagai makelar. Gus Ipul pun menjawab balik, dengan mengatakan dirinya bukan makelar, tetapi konsultan.
Ajakan Gus Ipul tampaknya tak berlebihan dalam kapasitasnya sebagai Sekjen PBNU.
“Kembalilah ke jalan yang benar yakni jalan yang sesuai dengan Nahdlatul Ulama. PBNU sudah menerima dan marilah kita sama-sama menghormati hasil pemilu. Kalau PKB mengaku partainya NU, ya mari bersama PBNU menyejukkan suasana,” kata Gus Ipul (19/2/2024).
Cak Imin pun buka suara, ia meminta kader dan relawan 01 mengabaikan pernyataan Gus Ipul. Bahkan, dia menyebut Gus Ipul makelar.
“Jangan hiraukan makelar yang namanya Saipul, mengatasnamakan NU, padahal cuma makelar,” kata Cak Imin di akun X (Twitter).
Gus Ipul pun langsung merespons balik soal perkataan dirinya makelar.
“Saya enggak tahu maksudnya apa makelar itu. Saya bingung juga dimaksud makelar. Tapi makelar itu sama dengan mungkin konsultan gitu ya. Kongkonane wong sing (suruhan orang yang) kesulitan,” ucap Gus Ipul (19/2/2024).
Mungkin kekesalan Cak Imin punya alasan tersendiri. Sebelum hari H Pilpres, Cak Imin pernah menyentil keras Gus Ipul yang meminta warga NU tak memilih calon yang didukung oleh Abu Bakar Ba’asyir dan Amien Rais di Pilpres.
“Saya kira itu mengada-ada. Dan tidak konsisten dengan statement sebelumnya bahwa PBNU netral. Keberpihakan itu memalukan. Karena sejak awal PBNU itu seharusnya tak harus berpihak,” kata Cak Imin di Jakarta (17/1/2024).
Sehebat perseteruan, sehebat itu juga persaudaraan. Pesan Gus Dur tampaknya masih berlaku.*** (O Gozali)