SERAYUNEWS- Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2025 tidak hanya menilai kemampuan akademik calon guru, tetapi juga kecakapan mereka dalam menghadapi tantangan nyata di ruang kelas.
Salah satu metode penilaiannya yaitu melalui studi kasus, yang mengharuskan peserta menjawab pertanyaan reflektif berdasarkan pengalaman atau skenario pembelajaran yang kompleks.
Melansir laman Scribd, berikut adalah rangkuman dan penjelasan lengkap dari enam contoh studi kasus PPG 2025 beserta pertanyaan, penyelesaian masalah, hasil, dan pelajaran yang bisa dipetik.
Pertanyaan:
⦁ Apa masalah yang pernah Anda hadapi dalam pembelajaran?
⦁ Bagaimana cara Anda menyelesaikan masalah tersebut?
⦁ Apa hasil dari upaya Anda?
⦁ Pelajaran berharga apa yang Anda petik dari pengalaman tersebut?
Masalah: Seorang guru menghadapi siswa yang kesulitan memahami pelajaran abstrak seperti matematika dan IPA. Mereka tidak fokus, kesulitan menangkap konsep, dan sering tertinggal saat pembelajaran.
Strategi Penyelesaian:
⦁ Menggunakan pembelajaran berdiferensiasi dengan media video dan kegiatan kinestetik.
⦁ Menyediakan pendampingan individual dan meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif.
⦁ Memotivasi siswa dengan pendekatan personal dan komunikasi terbuka.
Hasil: Siswa menunjukkan peningkatan semangat belajar, partisipasi lebih aktif, dan pemahaman materi menjadi lebih baik.
Pelajaran: Setiap siswa memiliki kebutuhan unik. Fleksibilitas, pendekatan personal, dan variasi metode mengajar penting untuk menciptakan pembelajaran yang inklusif.
Masalah: Dalam satu kelas, terdapat siswa yang sangat cepat memahami pelajaran dan siswa yang lambat. Hal ini menimbulkan ketimpangan yang memengaruhi suasana kelas dan efektivitas pembelajaran.
Strategi Penyelesaian:
⦁ Pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan kemampuan.
⦁ Penggunaan media pembelajaran beragam (audio, visual, interaktif).
⦁ Pendekatan balik cepat untuk evaluasi.
⦁ Pendekatan individual untuk mendalami kendala siswa.
Hasil: Kelas menjadi lebih dinamis dan inklusif. Siswa merasa kebutuhan belajarnya terpenuhi, dan tidak ada yang merasa tertinggal atau terabaikan.
Pelajaran: Guru harus adaptif terhadap keragaman kemampuan siswa. Keseimbangan pembelajaran sangat penting untuk menjaga motivasi dan keterlibatan seluruh siswa.
Masalah: Sebagian siswa menunjukkan perilaku kurang disiplin, seperti berbicara saat guru menjelaskan, menunda tugas, dan tidak mengikuti aturan kelas.
Strategi Penyelesaian:
⦁ Menerapkan aturan kelas secara tegas dan konsisten.
⦁ Mengembangkan sistem penghargaan dan konsekuensi.
⦁ Memberikan pemahaman mengenai pentingnya disiplin.
Hasil: Perubahan perilaku terlihat signifikan. Siswa menjadi lebih tertib, menghargai proses pembelajaran, dan suasana kelas menjadi kondusif.
Pelajaran: Konsistensi dalam menerapkan aturan dan melibatkan siswa dalam penyusunannya menjadi kunci utama dalam membentuk kedisiplinan yang efektif.
Masalah: Beberapa siswa cenderung pasif, pendiam, dan kurang terlibat dalam diskusi kelas.
Strategi Penyelesaian:
⦁ Menerapkan metode “Think-Pair-Share” untuk mendorong diskusi kelompok kecil.
⦁ Memberi ruang aman untuk siswa berbicara.
⦁ Memberikan dukungan emosional dan pujian atas partisipasi.
Hasil: Siswa yang semula pasif mulai aktif berbicara dalam kelompok dan di depan kelas. Mereka menjadi lebih percaya diri dan menunjukkan perkembangan sosial.
Pelajaran: Teknik pembelajaran partisipatif yang tepat dapat membuka potensi siswa yang pemalu dan membantu mereka berkembang secara optimal.
Masalah: Seorang siswa dengan ADHD kesulitan fokus, cepat terdistraksi, dan tidak mengikuti ritme kelas.
Strategi Penyelesaian:
⦁ Menyesuaikan strategi pembelajaran dengan kebutuhan ADHD.
⦁ Memberikan jadwal terstruktur dan instruksi visual.
⦁ Menggunakan metode pembelajaran interaktif dan pendekatan personal.
Hasil: Siswa mengalami peningkatan konsentrasi dan keterlibatan. Mereka mulai menyelesaikan tugas tepat waktu dan memahami pelajaran lebih baik.
Pelajaran: Pemahaman terhadap kebutuhan khusus siswa sangat penting agar mereka tidak tertinggal dan tetap semangat dalam belajar.
Masalah: Anak baru di PAUD kesulitan menyesuaikan diri, enggan berinteraksi, dan cenderung menyendiri dalam kegiatan kelas.
Strategi Penyelesaian:
⦁ Memberi perhatian ekstra selama minggu-minggu awal.
⦁ Mengajak siswa untuk terlibat dalam aktivitas kelompok secara bertahap.
⦁ Melibatkan orang tua dan menggunakan barang favorit siswa sebagai jembatan adaptasi.
Hasil: Anak menunjukkan keterlibatan lebih aktif, mulai berinteraksi dengan teman, dan semangat mengikuti kegiatan kelas.
Pelajaran: Hubungan emosional yang konsisten antara guru dan siswa sangat penting dalam mendukung proses adaptasi anak, terutama dalam transisi masuk lingkungan baru.
Studi kasus PPG 2025 menekankan pentingnya kemampuan guru dalam berpikir reflektif dan solutif. Pertanyaan-pertanyaan studi kasus menuntut peserta untuk:
⦁ Mengidentifikasi masalah pembelajaran secara tepat.
⦁ Merancang strategi penyelesaian yang realistis dan berbasis kebutuhan siswa.
⦁ Menerapkan pendekatan yang inklusif dan adaptif.
⦁ Menarik pelajaran berharga untuk perbaikan berkelanjutan.
Melalui studi kasus ini, guru tidak hanya dituntut menjadi pendidik yang cerdas secara akademik, tetapi juga menjadi fasilitator, motivator, dan problem solver yang peka terhadap kondisi dan karakter siswa di kelas.