SERAYUNEWS– Siang itu, sejumlah Pertokoan Stasiun Timur, Jalan Jenderal Soedirman Purwokerto, tampak lenggang. Sejumlah pekerja di deretan ruko penjualan ponsel di sisi timur, tampak duduk di dekat etalase konter. Ada pula yang berdiri di bagian depan ruko dan tempat parkir kendaraan.
Mereka tampak aktif menjamu setiap orang yang hendak datang ke ruko. Dengan sigap dan cekatan mereka berupaya mengarahkan setiap orang yang datang, ke konter-konter mereka. Silih berganti masyarakat yang datang, selalu dilayani dengan ramah dan sopan.
Aktivitas itu biasa mereka lakukan setiap harinya, sebagai layanan kepada para pelanggan yang datang. Upaya-upaya jemput bola itu tentu dibutuhkan, agar penjualan produk terus terkerek. Mereka tetap semangat bekerja, di tengah kondisi perekonomian yang serba tak menentu.
Kabar rencana pembongkaran kompleks pertokoan tempat mereka mencari nafkah telah didengar. Data dari Paguyuban Pengusaha Pertokoan Stasiun Timur (P3ST), setidaknya ada 60 pengusaha yang menyewa ruko milik PT Kereta Api Indonesia. Puluhan pengusaha itu mempekerjakan sekitar 600 karyawan.
Menurut Kuasa Hukum P3ST, Teddy Hartanto, PT Kereta Api Properti Manajemen (KAPM) telah meminta para penyewa segera melakukan pengosongan ruko. Ini karena, PT KAPM berencana akan melakukan pembongkaran pertokoan Stasiun Timur Purwokerto mulai Januari 2024 mendatang.
Para pengusaha sudah melayangkan surat somasi ke PT KAPM, karena dinilai telah mengingkari kesepakatan sebelumnya. Sekretaris P3ST, Sugiantoro menyebut, jika mereka tetap membongkar, akan ada 600 karyawan yang kehilangan pekerjaan.
Saat serayunews.com temui, sejumlah pekerja tampak tak bisa berbuat banyak. Mereka menaruh harapan besar, tempat mereka mengais rezeki tak segera ada pembongkaran. Karena, mereka merupakan para tumpuan ekonomi keluarga, yang berjuang mencari penghidupan yang layak.
Suci Triana, salah satu pekerja di toko perlengkapan alat tulis, mengaku telah bekerja sekitar 10 tahun di Pertokoan Stasiun Timur Purwokerto. Dia mengaku, dari pekerjaan yang digeluti, telah membantu perekonomian keluarganya. “Ya sudah sekitar 10 tahun bekerja di sini,” ujarnya Kamis (9/11/2023).
Warga Kelurahan Tanjung Kecamatan Purwokerto Selatan itu sangat berharap, ada solusi atas persoalan yang terjadi. Memang hal itu menjadi kewenangan para pemangku kepentingan terkait, namun karena dia sudah lama bekerja di situ, tentu juga menginginkan solusi terbaik.
“Harapan kami ya jangan bongkar dulu. Kalau dibongkar kan kami bingung harus bekerja apa,” ungkapnya. Dia mengaku sudah menikmati pekerjaan itu. Dari hasil bekerja, setidaknya ia sedikit meringankan beban suaminya dalam mencari nafkah untuk anak-anak dan keluarganya.
Ngainul Huda mengungkapkan hal senada. Pekerja di salah satu toko penjualan ponsel di Pertokoan Stasiun Timur Purwokerto. Dia mengaku baru bekerja hampir setengah tahun. Dia merasakan sulitnya mencari sebuah pekerjaan di tengah kondisi seperti saat ini.
Namun, di kala ia tengah menikmati pekerjaan yang dia jalani, ia mendapat informasi perihal rencana pembongkaran Pertokoan Stasiun Timur Purwokerto awal tahun depan. “Mencari pekerjaan saat ini kan tidak gampang. Yang bekerja di sini juga kan ada banyak banget,” ujarnya
Ada ratusan orang yang menggantungkan pekerjaan di pertokoan tersebut. Dia berharap, ada solusi bijak atas persoalan yang ada. Sebagai pekerja tentu ia ingin tetap bekerja, mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya.
“Saya tulang punggung keluarga, orang tua sudah tua. Ada adik juga yang masih sekolah. Semoga aja ada kebijakan yang manusiawi, karena bukan menyangkut satu dua orang saja, tetapi ada banyak orang yang menggantungkan pekerjaan di sini,” tuturnya.