SERAYUNEWS – Nama Ketua Kadin Solo Ferry Septha Indrianto mencuri perhatian masyarakat terlebih di media massa. Belakangan ini, Ferry Indrianto menggaungkan konsep aglomerasi Solo Raya.
Hal ini berkaitan dengan perkembangan ekonomi di Kota Solo dan sekitarnya. Dalam berbagai kesempatan, Ferry mengungkapkan pentingnya aglomerasi untuk ke depannya.
Bahkan, Solo disebut-sebut bakal menuju kota metropolitan baru. Lantas apa yang dimaksud aglomerasi menurut Ketua Kadin Solo ini?
Dalam kesempatan sebuah wawancara podcast TribunSolo.com, Ketua Kadin Solo ini membeberkan bahwa konsep aglomerasi ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru tetapi sudah berlangsung lama.
“Kalau bicara terkait sejarah, aglomerasi ini hubungannya dengan geografi, bagaimana hubungan masyarakat antardaerah itu bisa bersatu, saling membutuhkan tanpa ada holder, batas-batasan,” jelas Ferry dikutip SerayuNews.com.
Ferry menyebutkan beranjak dari hal itu, di Kota Solo saat ini tentang aglomerasi dengan bahasa perekonomian maupun pengembangan wilayah itu berhubungan dengan tiga, geografi, pertumbuhan ekonomi, dan industri.
“Ketiga hal ini saling merekatkan, saling mengisi, saling berproses sehingga dalam konteks Kota Solo saat ini, batas kota wilayah ini sudah habis. Lahannya sudah tidak ada lagi,” imbuhnya.
Lahan di Kota Solo yang sudah maksimal digunakan ini tentunya harus dicarikan solusi. Ketika lahan habis maka pengembangan ekonomi dilakukan dengan melakukan kerja sama dengan daerah lainnya.
Dengan lahan yang sudah terbatas itu, pengembangan berkelanjutan pun tidak bisa berlanjut di Kota Solo jika konsep aglomerasi tidak berhasil dan diterapkan. Sehingga perlu disinergikan dengan wilayah setempat.
Wilayah-wilayah yang ada di sekitar Kota Solo Raya, yakni Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten.
“Tujuan pembangunan berkelanjutan sangat erat kaitannya dengan aglomerasi ini. Di mana kita mengelola perekonomian daerah, mengelola pembangunan Kota Sola dan sekitar harus saling sambung bersinambung.”
“Karena sekali lagi ini adalah demi kesejahteraan dan keberlanjutan masyarakat kita ke depan,” tegasnya.
Apabila aglomerasi ini terwujud maka ekonomi masyarakat juga akan meningkat. Bukan hanya dirasakan oleh warga Solo tetapi juga Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten yang akan mendapat manfaatnya.
Menjabat sebagai Ketua Kadin Solo, Ferry pun memiliki pengalaman serta mengamati bagaimana pertumbuhan ekonomi Kota Solo.
Menurutnya, saat ini Kota Solo sedang menjadi gunung es, yakni pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Bahkan ditataran Indonesia termasuk tertinggi.
Kemudian pembangunan juga masif. Soal contoh konkrit mengenai konsep aglomerasi kaitannya dengan pembangunan public space, Ferry menegaskan bahwa lahan di Solo sudah tidak ada lagi.
Ia membandingkan dengan Jogja yang sudah memiliki JEC (Jogja Expo Center) yang memberikan fasilitas infrastruktur pariwisata. Jika di Solo tidak punya infrastruktur seperti JEC di Jogja maka bisa kalah saing.
Ferry menjelaskan maka Solo harus membutuhkan daerah tempat lain untuk membangun seperti di Sukoharjo, Karanganyar atau tempat lain. Untuk itu harus dibuatkan kolaborasi dengan wilayah lain supaya saling mendukung.
Komunikasi harus dilakukan dengan para pemangku kebijakan di Solo Raya agar pertumbuhan ekonomi terus berkelanjutan.
Dengan aglomerasi ini diharapkan bisa menjadi solusi untuk pertumbuhan ekonomi. Kuncinya adalah mau berbagi peran dan berbagi hasil antardaerah.
Nama Ferry menjadi salah satu tokoh yang digadang masuk dalam bursa calon wali kota di Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Solo 2024.
Ferry memiliki elektabilitas tinggi yang mampu bersaing dalam Pilwalkot Solo 2024. Ia menyambut baik hasil survei yang menempatkannya masuk dalam bursa Pilkada Solo 2024.
Ketua Kadin Solo ini sudah memikirkan bagaimana tentang aglomerasi demi keberlanjutan pembangunan di Solo Raya. Ia pun berkepada siapa saja calon wali kota selanjutnya setelah Gibran Rakabuming Raka wajib mengetahui isu aglomerasi Solo Raya.
“Jika batas wilayah tidak tuntas, tidak selesai, pembangunan stag tidak bisa dikembangkan di sekitar kita maka akan terjadi masalah sosial,” jelasnya.
Aglomerasi bagian dari upaya pembangunan bersama untuk memikirkan kesejahteraan. Harapannya kemiskinan bisa terkikis karena banyak lapangan kerja dibuka di wilayah lain.
***