Kampung Laut, serayunews.com
Dusun Bondan ini merupakan dusun terpencil berada di Segara Anakan yang terpisah dengan daratan Cilacap. Untuk akses ke sana, hanya bisa ditempuh dengan perahu kecil. Bahkan jarak tempuh dari Cilacap bisa memakan waktu hampir 2 jam dengan perahu.
Adalah Karsih (40) salah satu warga yang sudah berpuluh tahun tinggal di Dusun Bondan tersebut. Ia bersama sang suami menempati sebuah rumah berbahan kayu.
Sebelum ada listrik, mereka hanya mengandalkan penerangan dari lentera (sempor) berbahan minyak tanah. Di sana, keseharian mereka bekerja sebagai nelayan/petani tambak.
“Sebelum ada listrik, penerangan hanya pakai lentera dari minyak tanah, kalau malam suasana gelap, ya mau gimana lagi, karena sudah niat mau mengelola tambak di sini ya jalani saja, dan sekarang ada listrik tenaga surya dan angin jadi lebih terang kalau malam,” ujarnya, Kamis (27/10/2022).
Ada 74 kepala keluarga dengan 240 jiwa yang bermukim di Dusun Bondan tersebut, di sana akses jalan terbatas dan kerap dilanda banjir rob dari pasang surut air laut.
Dari kondisi itu, setelah dilakukan kajian, PT Pertamina Kilang Internasional Unit Cilacap menginisiasi membuat pembangkit listrik tenaga surya dan kincir angin berupa instalasi Hybrid Electric One Pool (HEOP) yang dipasang di beberapa rumah warga.
Kemudian tahun 2018, Pertamina bersama dengan Politeknik Cilacap mengembangkannya dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) dengan perpaduan tenaga surya dan kincir angin berkapasitas 16.200 watt peak (WP), dengan 5 kincir angin, puluhan panel surya dan puluhan baterai penyimpan daya.
“Kini seluruh rumah di Bondan berjumlah 74 kepala keluarga sudah 100 persen menggunakan listrik dari PLTH, masing-masing rumah mendapat 500 watt setiap harinya,” ujar Jamal, warga Dusun Bondan yang juga sebagai Humas PLTH.
Meski masih dirasa terbatas, namun warga bisa memanfaatkan listrik dari PLTH seperti untuk penerangan, belajar malam, menonton TV, kipas angin, hingga menanak nasi (rice cooker). Sedangkan untuk mesin freezer (pendingin) difasilitasi oleh koperasi setempat.
“Satu rumah dibatasi 500 watt per hari, dengan sistem otomatis, ketika sudah dipakai, besoknya akan mengisi lagi. Masyarakat juga menyesuaikan sesuai dengan kebutuhannya, hanya sebatas rice cooker, dan TV, tapi lebih utamanya penerangan lampu,” ujarnya.
Untuk iuran listriknya, setiap rumah dibebankan biaya sebesar Rp25 ribu yang dipergunakan untuk biaya perawatan. Namun jika warga tidak memilki uang, maka bisa membayarnya dengan hasil tambak atau tangkapan ikan lainnya.
“Kami membuka pembayaran iuran dengan barang, bisa berupa ditukar dengan udang seharga 25 ribu, dan bisa dengan hasil tambak lainnya seperti kerang totok dan sebagainya, itu kita tampung di koperasi nanti kita kirim ke luar,” ujarnya.
PLTH ini menerapkan perpaduan tenaga surya dan kincir angin, ketika mendung dan cuaca ekstrem pun, apabila terdapat angin maka baterai akan tetap terisi, sehingga kebutuhan listrik terus terpenuhi.
Area Manager Communication, Relation & CSR PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap Cecep Supriyatna mengatakan, bahwa Dusun Bondan saat ini menjadi Kampung Mandiri Energi. Dimana, dengan adanya PLTH, dapat meningkatkan perekonomian warga.
“Selain penerangan, energi listrik dari PLTH bisa dimanfatakan untuk peningkatan ekonomi dan kesejahteraan warga, seperti peningkatan hasil tambak,” ujarnya.
Selain itu, energi listriknya juga dimanfaatkan untuk program air bersih melalui desalinasi air bersih, pembangkit early warning sytem rob flood (EWSRF) atau peringatan dini banjir rob, operasional koperasi dan pemberdayaan perempuan.
“Ada nilai tambah, dari sebelumnya tidak bisa menyimpan ikan dalam waktu lama, kini ada freezer atau pendingin untuk menampung hasil tambak sebelum dijual, dan kemudian ada air bersih dan peringatan dini banjir, jadi tambaknya aman dan pengembangannya nanti di kapasitas, kalau mereka memerlukan,” ujarnya.