SERAYUNEWS- Peristiwa yang sama terulang lagi di tahun ini, Prabowo belum mau menginjak karpet merah.
Ini terjadi saat Prabowo menghadiri gelaran perayaan HUT ke-79 RI di Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kabupaten Penajam, Paser Utara, Kalimantan Timur, Sabtu, (17/8/2024).
Terlihat sejak dari pintu utama, karpet merah yang dibentangkan tak diinjak Prabowo dan ia berjalan di sisi lainnya.
Hal ini dia lakukan juga saat upacara HUT RI ke-78 tahun 2023 lalu di Istana Merdeka, Prabowo didampingi putranya Didit Hediprasetyo. Untuk masuk ke Istana Merdeka, memang harus melewati tangga untuk menuju ke pelataran. Di tangga tersebut disediakan karpet merah di bagian tengah.
Prabowo terlihat berjalan di pinggir tangga. Dia menghindari karpet merah yang berada di begian tengah tangga itu. Ia pun juga tampak mengingatkan putranya untuk tidak menginjak karpet tersebut.
Kejadian ini lantas menjadi viral pada sebuah video di TikTok. Banyak pujian yang menyanjung Prabowo sebagai pemimpin yang paham betul etika dan adab.
Kejadian ini kemudian dia lakukan juga saat akan mengikuti pertemuan bilateral di sela agenda Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada 15-16 November 2022.
Pujian terhadap Prabowo memang wajar, mengingat karpet merah hanya boleh dilewati oleh orang istimewa seperti Kepala Negara atau Raja. Namun, bagaimanakah sejarah sebenarnya?
Sejak dulu ternyata memang selalu begitu. Dalam jelmaan yang paling awal, karpet merah memang tidak pernah untuk rakyat jelata.
Sejarah mencatat, karpet merah telah ada lebih dari 2.400 tahun lalu. Karpet merah yang kini tampak mewah dan elegan serta bertabur senyum para bintang, ternyata berawal dari kisah kelam mematikan.
Penulis naskah drama Yunani, Aeschylus, menyatakan penyebutan karpet merah pertama kali muncul dalam kisah Raja Agamemnon pada 458 SM. Agamemnon berbicara tentang lantai merah yang merupakan jalur khusus untuk Raja.
Agamemnon pergi meninggalkan istrinya, Clytemnestra, dalam waktu yang lama. Dalam perjalanan itu, dia jatuh cinta pada seorang gundik bernama Cassandra. Agamemnon pun pulang bersama Cassandra.
Walaupun Clytemnestra sebenarnya juga selingkuh, dia tak senang dengan pengkhianatan suaminya itu. Clytemnestra lantas merencanakan sebuah pembalasan.
Clytemnestra menggelar karpet merah untuk menunjukkan sang suami tengah berjalan menuju kematian. Agamemnon dan Cassandra pun terbunuh.
Sejak saat itu, meski memiliki sejarah mematikan, karpet merah tetap saja ada dalam banyak acara penting.
Penggunaan karpet merah berkembang menjadi cara membuat orang istimewa.***Kalingga Zaman)