SERAYUNEWS– Sejumlah wilayah di Kabupaten Cilacap memiliki potensi besar dalam pengelolaan dan produksi ikan sidat. Tercatat, sepanjang tahun 2023 produksi ikan sidat di Cilacap mencapai 27,36 ton dengan luas lahan budidaya sekitar 17,8 hektar.
Berdasar data Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap, ada sembilan kecamatan di Cilacap yang memiliki potensi pengelolaan sidat berkelanjutan, yaitu Kedungreja, Patimuan, Kampung Laut, Majenang, Bantarsari, Kroya, Adipala, Nusawungu, dan Sampang.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap, Indarto menyampaikan, Pemkab Cilacap dan Provinsi Jawa Tengah telah melakukan beberapa upaya pengelolaan perikanan sidat sejak tahun 2014.
Upaya tersebut antara lain perlindungan habitat sidat dengan Peraturan Daerah Kabupaten (revisi Perda RTRW), Peraturan Daerah Provinsi, dan pembentukan Kelompok Masyarakat Pengawas.
“Selain itu, juga ada pembinaan teknis dan pelatihan budidaya sidat, kerjasama pelatihan pembuatan pakan sidat, dan pemberian bantuan benih, pakan, sarana produksi sidat,” ujarnya, Selasa (23/1/2024).
Tak hanya itu, sejak tahun 2018, Cilacap telah ditetapkan sebagai lokasi pengelolaan sidat oleh KKP, GEF, dan FAO melalui Proyek I-Fish. Proyek ini bertujuan untuk pengelolaan sumber daya, upaya konservasi, dan pemanfaatan perikanan sidat yang lebih baik dan berkelanjutan di Cilacap. Proyek ini juga didukung dengan kebijakan dan program dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten.
Salah satu bentuk dukungan tersebut adalah pencanangan Kampung Sidat di Desa Kaliwungu pada tahun 2018. Di bawah naungan Koperasi Mina Sidat Bersatu, pengelolaan sidat di Cilacap dapat dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan.
Bahkan, ada satu lokasi percontohan yang melakukan penangkapan, pembuatan pakan, budidaya, pengolahan, dan pemasaran sidat secara terintegrasi dan menjadi satu-satunya di Indonesia saat ini.
Founder Koperasi Mina Sidat Bersatu, Ruddy Sutomo, menyampaikan bahwa pangsa pasar sidat masih sangat besar. Sidat Cilacap banyak diminati oleh pasar ekspor, terutama Jepang, Taiwan, dan Hong Kong.
“Kami terus menggenjot produksi sidat, tetapi juga tetap memegang komitmen untuk konservasi. Kami melakukan restocking benih sekitar 2,5 persen di sungai-sungai dan merilis sebagian indukan, supaya terus terjaga ketersediaan benih sidat,” ujarnya.