Purwokerto, Serayunews.com- Kota Purwokerto kembali mengalami deflasi pada bulan September 2020. Deflasi yang dialami Purwokerto tercatat sebesar 0,04 persen, lebih rendah dari deflasi bulan sebelumnya sebesar 0,12 persen.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Samsun Hadi mengatakan deflasi di Purwokerto juga tercatat lebih dalam dibandingkan nasional yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,05 persen (mtm). Di sisi lain, Jawa Tengah terpantau mengalami inflasi sebesar 0,04 persen (mtm), yang didorong oleh inflasi di Surakarta dan Semarang.
“Secara tahunan, Purwokerto tercatat mengalami inflasi sebesar 1,80 persen (yoy), terkendali dan berada di bawah rentang sasaran inflasi 2020 sebesar 3 persen plus minus 1 persen (yoy). Capaian inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi September pada tiga tahun terakhir (2017-2019) sebesar 3,26 persen (yoy),” ujarnya.
Menurutnya, deflasi pada bulan September 2020 di Purwokerto terutama bersumber dari penurunan harga komoditas pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan andil sebesar -0,40 persen. Terutama bersumber dari komoditas telur ayam ras, beras, daging ayam ras, bawang merah, dan gula pasir.
“Penurunan harga telur ayam ras terpantau lebih dalam dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini akibat pasokan yang melimpah di tengah permintaan masyarakat yang masih terbatas di masa pandemi dan kembali berlakunya PSBB di berbagai daerah,” kata dia.
Sementara itu, penurunan harga beras juga masih berlanjut sejak Agustus seiring dengan pasokan yang masih mencukupi paska panen. Adapun penurunan harga daging ayam ras terjadi seiring dengan pasokan yang melimpah di tingkat peternak. Di sisi lain, deflasi lebih dalam tertahan oleh peningkatan harga terutama pada minyak goreng, tukang bukan mandor, sepeda, dan bawang putih. (Alfi)