SERAYUNEWS – Jelang Ramadhan 2025, masyarakat Betawi kembali melestarikan tradisi Nyorog.
Tradisi yang tidak hanya sekedar memberi makanan, akan tetapi mengandung makna yang mendalam tentang sebuah kebersamaan dan kekeluargaan.
Tradisi Nyorog merupakan salah satu bagian yang tidak dapat terputuskan dalam menyambut bulan Ramadan.
Nyorog adalah kegiatan berbagi makanan dengan tetangga maupun anggota keluarga yang lebih tua.
Nyorog tidak hanya tentang memberi hadiah, melainkan sebagai lambang dari rasa hormat, kasih sayang, dan usaha untuk mempererat tali silaturahmi dalam sebuah keluarga besar.
Nyorog adalah tradisi khas Betawi yang dilakukan menjelang bulan Ramadhan. Kata nyorog berasal dari bahasa Betawi yang memiliki arti mengantarkan sesuatu.
Biasanya, sesutu tersebut berupa makanan atau bingkisan kepada anggota keluarga, terutama orang yang lebih tua
Di masa lalu, hantaran Nyorog biasanya berisi makanan khas Betawi, seperti sayur gabus pucung, semur daging, besan, atau ketupat dengan aneka lauk.
Selain itu, masyarakat Betawi juga sering menyertakan bahan makanan mentah, seperti beras, gula, serta minyak goreng, untuk membantu keluarga penerima dalam menyiapkan sahur dan berbuka puasa.
Namun seiring waktu, isi hantaran Nyorog mengalami perubahan. Saat ini, selain makanan tradisional, orang juga memberikan paket sembako, jajanan khas Betawi, hingga bingkisan modern yang berisi kue kering dan minuman kemasan.
Dalam proses pemberian bingkisan juga biasanya diiringi dengan obrolan hangat, doa, dan saling memaafkan untuk menyambut bulan penuh berkah.
Tradisi Nyorog berawal dengan menyiapkan lauk pauk. Masyarakat Betawi biasanya merencanakan menu makanan bingkisan Nyorog.
Selanjutnya, makanan tersebut mereka tempatkan dalam rantang atau bakul, yang umumnya berisi lauk pauk atau kue tradisional.
Kemudian, orang-orang memberikan rantang ini kepada saudara atau kerabat yang lebih tua.
Anggota keluarga yang lebih muda menyerahkan lauk pauk, kue tradisional, sembako, atau bahkan uang kepada keluarga lebih tua sebagai bentuk penghormatan dan kepedulian.
Nilai sosial dalam tradisi Nyorog tercermin dalam berbagai aspek, terutama dalam mempererat silaturahmi. Salah satu nilai utama yang terkandung dalam tradisi ini adalah gotong royong.
Semangat gotong royong begitu kuat dalam tradisi Nyorog. Seluruh anggota komunitas turut berperan dalam persiapan dan pelaksanaan acara, mulai dari menyiapkan bahan makanan hingga menyelenggarakan upacara.
Selain mencerminkan kerja sama, gotong royong dalam tradisi Nyorog juga mempererat hubungan sosial antarwarga.
Tak hanya itu, tradisi ini menekankan pentingnya menghormati orang tua dan leluhur sebagai bagian dari nilai budaya.
Meskipun sederhana, tradisi Nyorog mencerminkan filosofi hidup masyarakat Betawi yang mengedepankan kebersamaan dan semangat gotong royong.
Tradisi ini bukan sekadar simbol budaya, melainkan juga bagian dari warisan yang memperkaya keberagaman tradisi di Nusantara.
Melalui Nyorog, masyarakat Betawi menunjukkan bagaimana nilai kebersamaan, penghormatan kepada orang tua, dan persiapan spiritual dapat terwujud dalam bentuk yang sederhana tapi bermakna.
Oleh karena itu, upaya pelestarian tradisi ini perlu terus dilakukan agar generasi mendatang tetap memahami pentingnya menjaga warisan budaya sebagai bagian dari identitas.***