Majenang, serayunews.com
Tak hanya merendam permukiman penduduk, banjir yang terjadi di Kecamatan Majenang berdampak pada tanaman padi siap panen di empat desa yakni Desa Pahonjean, Mulyasari, Mulyadadi, dan Padangsari.
“Terkait dengan dampak banjir kemarin, untuk kecamatan Majenang ada empat desa, seperti Desa Pahonjean ada sekitar 150 hektare sawah siap panen dikhawatirkan puso. Mulyasari sekitar 295 hektare sedang panen, panenan yang belum sempat di bawa pulang kabur (terbawa banjir). Desa lainnya, Mulyadadi dan Padangsari yang sedang panen,” ujar Kalakhar BPBD Cilacap Wijonardi.
Dikalkulasikan, dari sekitar 445 hektare tanaman padi dengan rata-rata panen 6-7 ton per hektar, dengan harga sekitar Rp 4.500 per kilo gramnya. Maka akibat banjir berpotensi mengakibatkan kerugian Rp 12 miliar lebih.
BPBD menyebut, banjir yang terjadi di Majenang beberapa waktu lalu itu disebabkan luapan air sungai yang terletak antara Kecamatan Cimanggu dan Majenang. Disinyalir tanggul sepanjang sekitar 70 meter belum ada perbaikan sejak setahun terakhir.
“Jadi wajar kalau memang air langsung saja yang seharusnya dialirkan ke sungai masuk ke persawahan dan permukiman, sampai pada kedalaman 70 meter air itu masuk ke rumah di salah satu dusun yang menggenangi dua RT wilayah Mulayasari,” ujarnya.
Berdasarkan haril rapat koordinasi, BBWS Citandui segera menerjunkan alat berat untuk perbaikan tanggulnya. Selain itu, mobil tangki air bersih milik BPBD juga standby di Majenang.
Wijonardi menambahkan, sosialisasi sudah dilakukan pihaknya sejak awal yaitu sejak bulan September awal. BPBD sudah mengingatkan berakhirnya musim kemarau dan periode basah (musim hujan) akan datang lebih cepat.
“Untuk itu kita beritahu Pak Camat untuk siap siaga, kemudian minta untuk mengadakan apel siaga kebencanaan semua potensi untuk menghadapi situasi terburuk apabila dampak la nina yang akan berlangsung sampai dengan bulan Februari kita sudah siap,” ujarnya.