SERAYUNEWS- Setiap terjadi vandalisme di aksi massa selalu orang katakan sebagai anarkisme. Pelakunya disebut Kelompok Anarko.
Seperti yang baru saja terjadi di Makassar, saat aksi demo menolak Raja Jawa, Kelompok Anarko kembali membingkai aksi pelemparan dan pembakaran mobil anggota.
“Saat pembubaran tadi ada banyak kita dapatkan anak-anak tersebut sudah bergabung dengan anak Anarko. Inilah yang menjadikan kami melakukan tindakan tegas untuk mereka bubar,” ujar Kapolrestabes Makassar Kombes Mokhamad Ngajib kepada wartawan di lokasi, Senin (26/8/2024).
Hampir di banyak kota selalu kita menemui nama jalan Dr Setia Budi, itu adalah Danudirja Setiabudi atau Ernest Douwes Dek kerana, penganut anarkisme, seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Bangsa ini menghormatinya sehingga dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung.
Pamannya Danudirja, Eduard Douwes Dekker adalah penulis novel Max Havelaar yang lebih terkenal lewat nama pena Multatuli. Dunia mengakui novel ini sebagai rujukan gerakan anarkisme.
Anarko-sindikalis Jerman Rudolf Rocky memuji karya tersebut dan menjabarkan tren libertarian Max Havelaar dalam tulisannya, “Multatuli: An Anarchist Seer” (1933).
Sampai sini jelas, terjadi peyorasi terhadap kata anarkisme. Perubahan makna dari positif ke negatif. Anarkisme, anarkis, atau anarki di Indonesia akhirnya mengalami salah arti. Kata itu merujuk pada tindakan yang merusak, pengrusakan, menghancurkan, mengacaukan dan lainnya.
Padahal Alexander Berkman menegaskan, anarkisme bukanlah sebuah kekerasan, justru kapitalisme dan pemerintah yang mempertahankan ketidakteraturan dan kekerasan.
Secara umum spektrum ideologi politik terbagi dua, kanan dan kiri. Sayap kanan adalah yang menjunjung tinggi kepemilikan privat dan kapitalisme, sementara sayap kini adalah pembela keadilan sosial dan redistribusi faktor produksi kepada rakyat.
Di sisi kanan, fasisme menampati posisi ekstrem, negara menjadi penguasa dari segala penguasa. Kemudian, anarkisme menempati di sisi kiri paling ujung.
Secara sederhana, anarkisme merupakan gagasan Sosialisme tanpa Negara atau Pemerintahan.
Sukarno pernah menulis di koran Fikiran Ra’jat No 2, 8 Juli 1932 mengenai Sosialisme Anarkis. Menurutnya, anarkisme berasal dari perkataan A, archi dan isme. A artinya tidak, Archie artinya memerintah, dan Isme berarti paham.
Jadi, makna anarkisme ialah paham yang tidak suka sama pemerintahan. Anarkisme ialah salah satu paham atau aliran dari sosialisme, oleh karenanya anarkisme itu lawannya kapitalisme.
Jadi, saatnya menghentikan salah kaprah ini. Jangan lupa, masyarakat adat Samin atau Sepuluh Sikep mendapat anggapan anarkisme Indonesia oleh Harry J Benda dan L Castles dari Leiden University dalam “Journal of The Humanitis and Sosial Science of Southeast Asia and Oceania” tahun 1968.***(Kalingga Zaman)