SERAYUNEWS-Untuk menyelamatkan Darah Aliran Sungai (DAS) Serayu, Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan berkolaborasi melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Program tersebut diluncurkan di Dieng Banjarnegara, Senin (8/7/2024).
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara menyampaikan, program TJSL ini merupakan partisipasi dari 7 perusahaan yang berada di bawah Kemenkeu.
SMV yang berkolaborasi meliputi PT Geo Dipa Energi (Persero), PT Sarana Multi Infrastruktur, PT Sarana Multigriya Infrastruktur, PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, PT Indonesian Infrastructure Finance, dan PT Karbha Digdaya.
“Dalam hal ini Geo Dipa sebagai lead dari SMV dalam menyalurkan TJSL. Salah satunya dengan menyalurkan peralatan kepada kelompok-kelompok masyarakat, khususnya petani yang bekerja di pinggiran DAS Serayu,” katanya.
Ia mengharapkan kolaborasi SMV ini bisa menjadi upaya dalam menangani permasalahan DAS serayu. “Sudah ada beberapa komunitas melakukan aktivitas luar biasa yang bisa mengurangi sedimentasi dan erosi namun tetap bisa menjaga keberlangsungan kehidupan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Direktur Utama PT Geo Dipa, Yudistian Yunis mengatakan, DAS Serayu adalah hal yang vital, hulunya ada di Dataran Tinggi Dieng.
“Kita harus mulai dari hulu, sehingga apa yang bisa kita perbaiki bisa bermanfaat terhadap lingkungan. Karena daerah Banjarnegara merupakan muaranya dari Serayu ini, dan letak potensi bencana yang mungkin timbul,” katanya.
Rencana TJSL ini juga membikin satu kegiatan ekonomi yang baru, dengan mengganti lahan kritis ditanami pakan ternak. “Kita akan membimbing dan memberikan sponsor, mendukung petani untuk mencoba menjadi peternak. Kegiatan ekonominya sekurang-kurangnya sama,” ujarnya.
Sementara itu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia, Imam B Prasodjo menuturkan, kolaborasi sangat dibutuhkan untuk mengatasi tantangan Serayu yang sangat luar biasa.
“Yang terjadi sangat membahayakan, banyak lumpur dan yang paling gampang dideteksi ada di Waduk Jenderal Soedirman,” katanya.
Menurutnya, endapan lumpur di waduk PB Soedirman sudah mencapai 131 juta meter kubik. Sedimentasi ini juga sudah menutup daya tampung waduk sekitar 90 persen. Menurut data studi 2021, dalam satu tahun laju sedimentasi mencapai 6 juta meter kubik.
“Dampak yang paling dikhawatirkan adalah jika waduk jebol, karena tekanan lumpur dari hulu ke hilir mengendap di waduk. Maka sangat mungkin tanggul tidak akan kuat. Jika jebol maka akan melebar kemana-mana dan merendam jalan-jalan. Ekonomi masyarakat serta lingkungan akan terganggu,” katanya.
Pj Bupati Banjarnegara, Muhamad Masrofi menyambut baik kolaborasi SMV pada program TJSL. Ia menilai ini menjadi bukti nyata kepedulian SMV terhadap masyarakat di sekitar wilayah kerja perusahaan, baik dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Keuangan melalui SMV serta pihak PT Geo Dipa atas launching program yang sungguh penting ini,” katanya.
Masrofi mengatakan, program ini berangkat dari keresahan semua pihak terhadap kondisi Sungai Serayu yang terdampak sedimentasi akibat erosi.