Purbalingga, serayunews.com
Konon Tari Sufi ini dicetuskan oleh seorang filsuf sekaligus penyair, Mawlana Jalaludin Rumi. Maka tidak heran jika koreo yang sederhana itu, penuh dengan makna sufistik yang kental dengan religius.
Pertama kali dimainkan oleh Jalaludin Rumi, ketika dia mengalami kesedihan yang mendalam. Saat itu, dia sedang berkabung atas meninggalnya sang guru, Syamsudin Tabriz. Dia mengekspresikannya, dengan berputar berjam-jam.
Satu di antara penari Sufi di Purbalingga yakni Afri Kurniawan (20). Pria asli Purbalingga itu, menekuni tari Sufi sejak sekitar tahun 2017. Meski hanya berputar-putar namun justru itu yang menjadi daya tarik baginya.
“Awalnya saya melihat, terus tertarik, jadi mempelajarinya,” katanya.
Hasil mempelajari itu, dia mengetahui filosofi, makna, dan manfaat yang didapat dari melakukan Tari Sufi. Dalam memutar badan itu, penari sebenarnya tidak sekedar memutar. Namun itu justru sebagai sarana melatih konsentrasi.
“Saat berputar itu tidak cuma memutar, tapi penari itu juga sedang dzikir,” ujarnya.
Kestabilan ritme berputar itu, juga bisa melatih ketenangan dan kesabaran. Saat itu juga penari mengingat Tuhan sang Maha Pencipta. Karena Tari Sufi yang dikenal sebagai Whirling Dervizhes sebagai media Tasawuh.
“Itu saya rasakan benar, dulu saya yang gemrungsung sekarang bisa lebih tenang pembawaanya,” kata Afri.
Tarian Sufi sudah tidak terlalu asing di telinga masyarakat Indonesia. Ketika ada acara-acara tidak jarang turut ditampilkan Tari Sufi. Seperti halnya Afri dan Adelia. Saat itu mereka tampil di acara Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LAKPESDAM) PC NU Purbalingga pada agenda juguran, di Warung Juguran.
“Kalau tampil di acara sering, tapi kita tidak mematok tarif, seikhlasnya saja, tidak pun tidak apa-apa,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Afri tidak tampil sendirian. Satu penari Sufi perempuan yakni Adelia. Tak berbeda jauh dengan Afri, Adelia juga mulai mempelajari tari itu sekitar tahun 2017.
Meski terlihat mudah, nyatanya memainkan Tari Sufi tidak sederhana. Perlu fisik yang kuat dan kesabaran tinggi. Karena itu akan mempengaruhi durasi untuk berputar.
“Awal-awal tentu pusing, tapi lama-lama tidak. Saat tampil di acara juga pernah sampai jatuh, itu bisa karena kurang fit atau kurang konsentrasi,” kata Adelia.
Afri menjelaskan, kunci agar tidak pusing adalah konsentrasi. Namun lebih baik justru dengan kondisi mata terbuka. Mata hanya tertuju pada satu titik, biasanya jari tangan.
“Lebih baik justru dengan kondisi mata terbuka, tapi fokus melihat pada satu titik,” kata dia.