SERAYUNEWS – Dalam upaya memperkuat pengakuan sejarah dan mendorong pembangunan berbasis identitas lokal, Aliansi Masyarakat Purbalingga Pemerhati Soedirman (AMPPS) menggelar audiensi dengan Bupati Purbalingga, Fahmi Muhammad Hanif, di rumah dinas kompleks Pendopo Dipokusumo, Sabtu (4/10/2025) malam.
Pertemuan tersebut menjadi langkah strategis menjelang audiensi nasional dengan Ketua MPR-RI Ahmad Muzani, yang dijadwalkan berlangsung di Jakarta pada Senin, 6 Oktober 2025 pukul 15.00 WIB.
Ketua AMPPS, Heru Catur Wibowo, menjelaskan bahwa audiensi ini bertujuan memperkuat dukungan pemerintah daerah terhadap upaya pengakuan resmi Purbalingga sebagai tempat kelahiran Jenderal Besar Soedirman.
“Audiensi dengan Ketua MPR-RI akan diwakili oleh Yudhia Patriana dan Agus Sukoco sebagai juru bicara. Materi yang kami bawa sudah disusun secara sistematis, berbasis kajian historis dan sosiologis,” jelas Heru.
Sementara itu, Yudhia Patriana menuturkan bahwa AMPPS lahir secara organik dari diskusi masyarakat sejak tahun 2020, yang kemudian berkembang menjadi gerakan sosial berbasis sejarah lokal.
Ia juga mengingatkan bahwa pembangunan identitas sejarah Soedirman sudah menjadi bagian dari perjalanan panjang Purbalingga, termasuk momen bersejarah peletakan batu pertama Monumen Jenderal Soedirman di Rembang oleh Presiden Soeharto.
Tokoh AMPPS lainnya, Agus Sukoco, menegaskan bahwa klaim “Purbalingga, Tempat Lahir Soedirman” memiliki dasar akademik dan historis yang kuat.
“Jenderal Soedirman lahir pada 24 Januari 1916 di Desa Bodas Karangjati, Kecamatan Rembang. Fakta ini memiliki otentisitas geografis yang tidak bisa direplikasi oleh daerah lain,” tegasnya.
Menurut Agus, pengakuan ini bukan sekadar simbolik, melainkan menjadi pondasi penting dalam membangun citra dan identitas daerah.
Dalam diskusi bersama Bupati Fahmi, AMPPS juga memaparkan hasil kajian tentang arah branding kota.
Menurut mereka, konsep “Perwira” yang selama ini digunakan sebagai akronim birokratis belum memiliki resonansi sosial yang kuat.
Branding kota yang berhasil harus lahir dari akar budaya dan partisipasi masyarakat.
Sebaliknya, narasi “Purbalingga, Tempat Lahir Soedirman” dinilai lebih otentik dan memiliki nilai diferensiasi historis tinggi, serupa dengan branding geografis seperti “The Sunrise of Java” milik Banyuwangi.
Bupati Purbalingga, Fahmi Muhammad Hanif, menyatakan dukungan penuh terhadap langkah AMPPS. Ia berjanji pemerintah daerah akan memfasilitasi proses birokratis dan dukungan politik yang diperlukan.
“Kami akan bantu dan fasilitasi semuanya. Ini adalah bentuk kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam memperkuat identitas Purbalingga,” ujar Fahmi.
Fahmi menilai bahwa perjuangan AMPPS sejalan dengan upaya pemerintah daerah dalam mengangkat sejarah lokal menjadi daya saing daerah di tingkat nasional.