SERAYUNEWS – Perguruan tinggi di Indonesia terbagi menjadi tiga status, yakni Satuan Kerja, Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN-BLU) dan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH).
Perbedaan ketiganya terletak pada pengelolaan sumber daya, baik itu keuangan maupun aset-aset.
Penyelenggaraan perguruan tinggi level tertinggi yang memberikan otonom lebih luas dan penuh dalam pengelolaan keuangan serta sumber daya dalam akademik maupun non akademik merupakan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 4 Tahun 2020 tentang Perubahan Perguruan Tinggi Negeri menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum menyebutkan bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan maka perlu diberikan kemudahan dan fleksibilitas bagi PTN untuk menjadi PTN-BH.
PTN yang memiliki otonomi secara penuh dapat mengakibatkan biaya akademik di PTN tersebut cenderung lebih mahal dibandingkan dengan PTN yang masih berstatus BLU.
Menjadi PTN BH juga berarti perguruan tinggi diwajibkan bekerja sama dengan perusahaan atau pihak swasta guna menjalankan program kampus merdeka.
Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) sendiri saat ini masih dalam kandidat PTN BH atau disebut sebagai PTN BLU.
Mengutip dari berita Unsoed, yang ditulis oleh LPM Sketsa, Akhmad Sodiq selaku Rektor Unsoed menjelaskan bahwa PTN BLU relatif sulit untuk mengembangkan badan usaha karena masih milik kementerian dan harus ada yang dilaporkan.
Ia juga menambahkan persiapan untuk menuju PTN BH terdapat indikator yaitu PTN BH Analytic. Untuk saat ini, Unsoed sudah mencapai total skor 332 sebagai kandidat PTN BH.
Proses Unsoed menjadi PTN BH menuai pro dan kontra di kalangan civitas akademik. Perguruan tinggi dapat berubah menjadi PTN BH setelah memenuhi persyaratan sesuai ketentuan Permendikbud Nomor 4 Tahun 2020, salah satunya yaitu berperan dalam pembangunan perekonomian.
Dikutip dari berita Unsoed, Adi Indrayanto selaku Kepala Badan Pengelola Usaha (BPU), menjelaskan bahwa ketika Unsoed menjadi PTN BH, diharapkan Unsoed memiliki sumber pendapatan di luar pendapatan dari pendidikan.
Untuk saat ini, beberapa sumber pemasukan Unsoed yaitu rumah susun sederhana sewa (Rusunawa), Gedung Olahraga (GOR) Soesilo Soedarman, peternakan, apotek, Unsoed-Q (air mineral), percetakan, dan Layanan Kesehatan Klinik Pratama.
Demi memenuhi persyaratan mapan secara pendapatan, Unsoed dapat memilih langkah praktis yaitu dengan menaikkan biaya akademik.
Akan tetapi, hal tersebut masih mendapat penolakan dari beberapa mahasiswa.
“Persiapan fasilitas penunjang akademik mahasiswa dan fasilitas non infrastruktur, seperti ketersediaan dosen masih jauh dari kata mapan. Selanjutnya, badan usaha yang tidak banyak atau tidak bisa mapan untuk membiayai kegiatan kampus kemungkinan akan berdampak pada pendapatan pasti yaitu dari Uang Kuliah Tunggal (UKT) dan uang pangkal mahasiswa. Kemungkinan adanya komersialisasi dan liberalisasi pendidikan seperti membuka jurusan yang tidak dibutuhkan oleh masyarakat untuk menambah pemasukan, sehingga tidak sesuai dengan visi misi Unsoed untuk meningkatkan nilai kearifan lokal,” ucap Bagus mengomentari beberapa hal yang harus diperhatikan apabila Unsoed menjadi PTN BH.
Sebagai salah satu langkah menuju PTN BH, tidak cukup apabila Unsoed hanya mengandalkan uang yang diterima dari mahasiswa, karena UKT tidak dapat menutup seluruh biaya operasional perguruan tinggi.
“Di mana perguruan tinggi kan mendapat biaya operasional dari mahasiswa, UKT ya, sementara UKT itu tidak bisa mengcover seluruh biaya operasional perguruan tinggi,” ucap Suwarto selaku Eks Rektor Unsoed.
Berdasarkan keterangan eks wakil rektor bidang umum dan keuangan Unsoed, Hibnu Nugroho, saat diwawancarai oleh pihak LPM Solidaritas FISIP, langkah yang diambil oleh Unsoed untuk meningkatkan pendapatan yakni dengan mengoptimalisasikan aset yang dimiliki, seperti Gedung Graha Widyatama, Gedung Soemarjito, Gedung Olahraga (GOR) Soesilo Soedarman, Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) dan sebagainya.
Adapun proyek pembangunan hotel Unsoed Inn merupakan salah satu aset Unsoed yang sedang dalam proses pembangunan yang rencananya akan rampung bertepatan dengan lengsernya Rektor Suwarto pada 2022.
Dari pernyataan tersebut, bisa dikatakan bahwa dibangunnya hotel Unsoed Inn untuk mengoptimalisasikan aset yang dimiliki Unsoed dan menambah pendapatan agar menunjang proses pendidikan dan penyelenggaraan Tridharma perguruan tinggi.
Mengutip dari cahunsoedcom, Dzaki selaku mahasiswa Sosiologi FISIP Unsoed mengatakan,
“Melihat Unsoed bangun hotel sudah jelas arahnya memang menuju ke PTN BH, ya itu kan langkah-langkah PTN BH banget gitu. Akhirnya pertanyaan yang muncul kan sebenarnya apakah akan memperoleh keuntungan ketika menjadi PTN BH atau justru lebih banyak kerugiannya. Mungkin dari sudut pandang mahasiswa akan ada banyak kerugiannya, mungkin hari ini belum begitu terasa, tapi secara jangka panjang terkait masalah pendidikan, terkait akses, dan komersialisasi kedepannya akan terlihat masalahnya. UKT kemungkinan akan naik jauh banget.”
Menurutmu bagaimana kelanjutan hotel Unsoed Inn saat ini dan serba serbi Unsoed menjadi PTN BH?***(Salsabilla Silky)