SERAYUNEWS – Seorang ibu rumah tangga di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, diduga mendapat intimidasi setelah mengunggah foto menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) di status WhatsApp miliknya.
Postingan tersebut, membandingkan menu MBG yang anaknya terima di sekolah dengan menu dari dapur SPPG desa tetangga.
Unggahan sederhana itu justru berujung pada tekanan dari pihak Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Gunung Lurah, pemasok makanan ke sekolah tempat anaknya bersekolah.
Ibu bernama Ririn ini mengaku, tak menyangka unggahan tersebut menimbulkan reaksi keras. Ia menyandingkan dua foto menu MBG untuk menunjukkan perbedaan isi dan kualitas antar dapur penyedia.
“Pihak dapur mengancam gara-gara saya membandingkan dengan menu dapur lain. Maksud saya hanya ingin tahu kenapa dengan dana yang sama, menunya bisa sangat timpang,” kata Ririn, Kamis (15/10/2025) malam.
Ririn mengatakan, beberapa orang kemudian mendatangi rumahnya dan meminta agar ia menghapus unggahan tersebut. Namun, cara penyampaiannya bernada menekan.
“Ada yang bilang ke saya, ‘Ko ngerti MBG ora?! Wong iki gratisan, aja kakehen cangkem (Kamu tahu MBG? Ini makanan gratis, jangan banyak mulut)’. Itu pekerja dapur pemasok sekolah anak saya yang sampaikan,” ungkapnya.
Keluhan serupa datang dari wali murid lain. Ari, warga Rancamaya, mengaku beberapa kali menemukan menu MBG anaknya dalam kondisi tidak layak konsumsi.
“Buahnya pernah busuk, biskuitnya sudah melempem, dan ayam gorengnya berbau tidak sedap. Saya tahu karena anak sering bawa pulang makanannya,” ujar Ari.
Ia khawatir, anak-anak kelas kecil yang belum memahami kualitas makanan bisa saja memakannya tanpa tahu bahwa makanan tersebut sudah rusak.
“Pernah juga menu telur balado, tapi setelah anak-anak makan malah banyak yang diare,” katanya.
Warga lainnya, Andi (35), menilai bahwa pelaksanaan program MBG di salah satu dapur SPPG wilayah Gunung Lurah belum maksimal.
“Program ini niatnya bagus, tapi pelaksanaannya ala kadarnya. Kadang lauknya tidak layak, buahnya busuk. Padahal ini program penting untuk generasi kita menuju Indonesia Emas,” ucapnya.
Andi juga menyesalkan adanya tekanan terhadap warga yang menyampaikan kritik.
“Istri saya dan beberapa tetangga takut bicara. Katanya kalau protes, bisa dicoret dari bantuan sosial. Pernah juga ada yang diancam mau dilapor ke aparat,” ujarnya.
Menanggapi laporan warga, Anggota DPRD Banyumas dari Fraksi Gerindra, Alfiatun Khasanah, meminta agar pihak pengelola dapur tidak melakukan intimidasi terhadap masyarakat.
“Saya tidak rela program bagus seperti MBG jadi rusak oleh oknum yang mencari keuntungan pribadi. Tolong taati SOP dan juknis agar tujuan program tercapai,” tegasnya.
Alfiatun juga menilai perlu ada klarifikasi dan evaluasi terhadap dapur yang warga laporkan.
“Kalau memang salah, akui dan minta maaf. Jangan malah menyakiti masyarakat dengan kata-kata kasar,” ujarnya.
Ia menambahkan, bahwa DPRD akan terus menjalankan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan program MBG di wilayah Banyumas bagian timur.
“Program ini sangat dibutuhkan. Jangan sampai semangat pemerintah menyehatkan anak bangsa justru tercoreng oleh perilaku segelintir pihak,” pungkasnya.
Terpisah, Narto, perwakilan pengelola dapur MBG Gunung Lurah, menyampaikan bahwa dia tidak memiliki kewenangan memberikan penjelasan resmi.
“Dalam hal ini saya tidak punya ranah menjelaskan, yang berwenang adalah KA SPPG. Silakan datang ke dapur, semua informasi bisa dapat konfirmasi, terbuka 24 jam,” katanya.