SERAYUNEWS – Hari Raya Galungan merupakan salah satu perayaan keagamaan terbesar bagi umat Hindu di Bali.
Di Hari Raya Galungan, terdapat tiga mitos populer yang sangat dipercaya oleh masyarakat Hindu Bali. Apa sajakah mitos tersebut? S
Selain menjadi momen penting untuk memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan), perayaan ini juga tidak lepas dari berbagai mitos dan kepercayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Bali.
Mitos-mitos ini tidak hanya menambah makna spiritual dari Galungan, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya serta keyakinan yang terjalin erat dengan kehidupan sehari-hari umat Hindu di Bali.
Salah satu mitos yang sangat diyakini pada Hari Raya Galungan adalah kepercayaan bahwa para leluhur dan dewa-dewa turun ke bumi untuk mengunjungi keluarga mereka.
Pada saat itu, dipercaya bahwa roh-roh leluhur akan datang untuk menerima persembahan yang disiapkan oleh keturunan mereka.
Oleh karena itu, selama perayaan Galungan, umat Hindu Bali selalu mempersiapkan berbagai persembahan dan mengadakan ritual khusus di pura serta tempat-tempat suci di rumah untuk menyambut kedatangan roh leluhur.
Mitos ini menegaskan pentingnya hubungan spiritual antara manusia dengan leluhur mereka.
Sebagai wujud bakti dan rasa hormat, umat Hindu mempersiapkan banten (persembahan) yang berisi bunga, buah, dan makanan untuk ditempatkan di altar atau pura keluarga.
Mitos lain yang erat kaitannya dengan Galungan adalah cerita tentang Kala Tiganing Galungan, yaitu makhluk gaib yang dikisahkan sebagai simbol dari godaan buruk.
Dalam mitos ini, Kala berusaha untuk menggoda manusia agar meninggalkan ajaran Dharma dan jatuh ke dalam perilaku buruk. Namun, kemenangan Dharma yang dirayakan dalam Galungan menandakan keberhasilan manusia dalam melawan godaan tersebut.
Pada saat menjelang Hari Raya Galungan, umat Hindu Bali mempercayai bahwa godaan-godaan duniawi semakin kuat.
Hal ini dijadikan sebagai pengingat agar mereka tetap waspada dan menjaga pikiran serta tindakan agar tidak terseret dalam hal-hal negatif. Mitos ini memberikan pelajaran moral bahwa dalam setiap aspek kehidupan, manusia harus senantiasa berpegang teguh pada prinsip kebaikan.
Penjor, bambu yang dihias dan dipasang di depan rumah selama Hari Raya Galungan, juga menyimpan mitos yang kuat.
Banyak yang percaya bahwa penjor bukan hanya sekadar simbol kemakmuran, tetapi juga sebagai penangkal energi negatif.
Keberadaan penjor dipercaya mampu mengusir roh-roh jahat dan melindungi rumah dari mara bahaya selama perayaan suci ini berlangsung.
Oleh karena itu, penjor dipasang dengan penuh kesungguhan sebagai wujud pengharapan akan kesejahteraan.
Demikianlah beberapa mitos terkait dengan Hari Raya Galungan yang dirayakan oleh umat Hindu Bali di Indonesia.***