Panglima Besar Soedirman atau juga disebut Jenderal Soedirman pernah hidup satu masa dengan Soeharto yang belakangan menjadi Presiden Indonesia ke dua. Tentu saja masa bareng keduanya terjadi di masa perjuangan setelah kemerdekaan.
Diketahui, Jenderal Soedirman meninggal pada 1950 atau masa di mana masih pemerintahan Presiden Soekarno. Nah, pandangan Jenderal Seodirman pada juniornya itu diungkapkan oleh Soepardjo Roestam.
Soepardjo Roestam adalah figur yang cukup terkenal di masa Orde Baru. Dia pernah jadi Menteri Dalam Negeri dan pernah juga menjadi Gubernur Jawa Tengah. Di masa awal setelah kemerdekaan, Soepardjo Roestam adalah ajudan dari Jenderal Soedirman.
Dalam satu kesempatan, Soepardjo Roestam pernah mendengarkan pernyataan Jenderal Soedirman tentang Soeharto. “Harto kae kayane nduwe watek keras,” begitu ucapan Jenderal Soedirman tentang Soeharto yang diungkapkan Soepardjo Roestam.
Nada pernyataan Jenderal Soedirman memang khas Banyumas, sebab sang jenderal memang asli Banyumas. Dalam kesempatan lain, Jenderal Soedirman juga melabeli Soeharto sebagai sosok yang memperhatikan aturan main organisasi.
Seperti diketahui, Jenderal Soedirman pernah menjadi Panglima TNI. Saat menjadi Panglima TNI, pangkatnya adalah Letnan Jenderal. Setelah wafat pada 1950, pangkatnya naik menjadi Jenderal. Pada 1997, Jenderal Soedirman dinaikkan lagi menjadi Jenderal Besar.
Nama pahlawan nasional ini pun diabadikan untuk banyak hal. Yang cukup banyak adalah dijadikan nama jalan. Nama Jenderal Soedirman juga dijadikan nama universitas negeri di Purwokerto yakni Universitas Jenderal Soedirman.
Sementara, Soeharto dikenal juga dari kalangan militer dan pernah menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat. Kemudian menjadi Presiden Indonesia kedua dan bertahan sampai kisaran 32 tahun.
Pada 1998, Presiden Soeharto mengundurkan diri. Mantan orang nomor satu di Indonesia itu meninggal dunia pada 27 Januari 2008.
Referensi:
Diantara Para Sahabat: Pak Harto 70 Tahun (2009)