
SERAYUNEWS – Semangat pengabdian mahasiswa kembali menggema di Kabupaten Banyumas. Melalui program Desa Cita 2025, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (BEM Unsoed) menggelar kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Papringan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas. Kegiatan ini menjadi bukti nyata peran mahasiswa dalam menjawab keresahan terhadap kesenjangan antara aspek pendidikan, budaya, lingkungan, kesehatan, serta ekonomi dan pariwisata di tingkat desa.
Program Desa Cita merupakan agenda tahunan dari Kementerian Pengabdian Masyarakat (Pengmas) BEM Unsoed yang pada tahun ini digelar dalam rentang waktu cukup panjang. Acara dibuka pada Sabtu, 2 Agustus 2025, kemudian berlanjut dengan pelaksanaan kegiatan mulai Minggu, 3 Agustus hingga Sabtu, 25 Oktober 2025, dan resmi ditutup pada Minggu, 26 Oktober 2025. Selama hampir tiga bulan, mahasiswa terjun langsung ke tengah masyarakat Desa Papringan dengan misi meningkatkan kualitas hidup warga melalui pendekatan lintas bidang.
Ketua pelaksana Desa Cita 2025, Ficky Alfat Nurfauzan Hanif, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unsoed, menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi wadah nyata bagi mahasiswa untuk berkolaborasi dengan masyarakat desa.
“Dilaksanakannya Desa Cita adalah suatu bentuk nyata dari keresahan mahasiswa dalam menjalankan pengabdian. Dengan adanya kegiatan Desa Cita ini, mahasiswa bisa terjun langsung bersama-sama memberdayakan masyarakat dan mengembangkan potensi desa yang dibina. Harapannya untuk Desa Cita selanjutnya akan lebih baik dan menjadikan Desa Cita ini tidak hanya menjadi salah satu program kerja, namun bisa menjadi wadah mahasiswa untuk mengabdi, berkembang, serta menerapkan ilmu yang diperoleh di lingkungan perkuliahan di desa yang dibinanya,” ujar Ficky.
Desa Cita 2025 dibangun di atas empat pilar utama, yakni pendidikan dan budaya, lingkungan, kesehatan, serta ekonomi dan pariwisata. Masing-masing bidang menghadirkan serangkaian program kerja yang dirancang berdasarkan kebutuhan dan potensi masyarakat setempat.
Pada bidang pendidikan dan budaya, mahasiswa menghadirkan berbagai kegiatan edukatif dan rekreatif seperti BEDAH (Belajar Seni Daerah), Sekolah Alam, TPQ, Edu-Parent, Edu-Kiddos, serta Rumah Baca. Tujuannya tidak hanya meningkatkan literasi dan semangat belajar anak-anak, tetapi juga menumbuhkan kembali kecintaan terhadap kesenian lokal seperti tari dan karawitan.
Bidang lingkungan berfokus pada keberlanjutan dan kebersihan desa. Program seperti Bersih Desa, sosialisasi pengelolaan sampah rumah tangga, pembuatan hidroponik, serta pembuatan pupuk organik cair (POC) dan pestisida alami menjadi bukti komitmen mahasiswa terhadap ekologi desa yang lestari.
Sementara itu, di bidang kesehatan, mahasiswa bekerja sama dengan warga dalam penyuluhan diabetes, medical check up, senam hipertensi, hingga penyuluhan makanan bergizi dan demo masak. Kegiatan ini mendapat sambutan positif karena membantu masyarakat memahami pentingnya gaya hidup sehat.
Adapun bidang ekonomi dan pariwisata menjadi salah satu sektor paling menarik. Melalui program penataan dermaga, Remake and Relove, serta Shoot and Sell, mahasiswa membantu warga mengembangkan potensi lokal dan meningkatkan nilai jual produk serta wisata desa.
Rangkaian kegiatan dimulai dengan upacara pembukaan di awal Agustus, diikuti berbagai aktivitas utama seperti workshop ekonomi kreatif, pembuatan dan penanaman hidroponik, serta sekolah alam yang diikuti anak-anak tingkat TK hingga SD. Selain itu, pelatihan seni tari dan karawitan turut digelar untuk melestarikan budaya lokal yang menjadi kebanggaan Desa Papringan.
Puncak acara berlangsung pada penutupan di akhir Oktober, yang menampilkan pertunjukan tari lengger dan karawitan hasil latihan anak-anak desa. Suasana penuh haru dan bangga mewarnai momen tersebut, karena karya yang ditampilkan merupakan hasil dari dua bulan proses belajar bersama antara mahasiswa dan warga.
Kendati demikian, panitia mengakui masih terdapat tantangan di lapangan. Beberapa kegiatan sempat terkendala karena bertepatan dengan jam kerja warga, sehingga partisipasi masyarakat tidak selalu maksimal. Meski begitu, secara keseluruhan seluruh kegiatan berjalan lancar dan produktif berkat kerja sama antara 75 panitia mahasiswa Unsoed dengan perangkat desa serta masyarakat setempat.

Desa Cita bukan sekadar program kerja rutin, tetapi simbol nyata keterlibatan mahasiswa dalam menggerakkan perubahan sosial. Melalui pendekatan lintas bidang, kegiatan ini diharapkan menjadi model pengabdian berkelanjutan yang tidak berhenti pada satu desa saja.
Dengan kolaborasi dan semangat gotong royong, Desa Papringan kini menjadi saksi bagaimana ilmu pengetahuan dapat berpadu dengan pengabdian untuk menghasilkan manfaat nyata bagi masyarakat. Program ini juga menegaskan kembali peran mahasiswa Unsoed sebagai agen perubahan yang mampu menghidupkan desa dengan ilmu, karya, dan empati.***