Purwokerto, serayunews.com
Sejak masuk dunia politik, Bambang memaknai kekuasaan sebagai manifestasi untuk kepentingan rakyat. Menurutnya, pada dasarnya fungsi legislatif adalah menjadi jembatan kepentingan rakyat dengan penguasa. Sehingga tugas pokoknya adalah menyerap aspirasi yang dituangkan dalam format tri fungsi dewan yaitu budgeting, pengawasan, dan legislasi.
“Ketika kita bisa memenuhi aspirasi masyarakat, membantu memecahkan permasalahan mereka, hal tersebut tidak bisa klaim sebagai keberhasilan individu, karena kita hanya jembatan dan eksekusi akhir bukan di tangan dewan. Sehingga yang terpenting adalah bagaimana kita memaknai kekuasaan sebagai manifestasi untuk kepentingan masyarakat, itulah yang disebut dengan amanah,” tuturnya saat berkegiatan di Banyumas, Jumat (30/9/2022).
Lebih lanjut wakil rakyat dari PDIP ini menjelaskan, dalam memproses aspirasi masyarakat, ia juga selalu berusaha untuk mendudukkan dalam porsi yang seharusnya, tidak berlawanan dengan regulasi dan tidak melanggar aturan kepartaian. Dalam berbagai kesempatan, BHB juga selalu memanfaatkan untuk menyerap aspirasi, baik saat melakukan aktivitas sosial hingga saat santai, berwisata, ataupun bertemu dengan berbagai kalangan.
“Penyerapan aspirasi itu bisa dilakukan di mana saja, dalam momentum apa saja, tidak harus dalam forum resmi,” ucapnya.
Ketertarikan BHP kepada dunia politik dimulai sejak ia masih muda. Ketua Komisi C DPRD Jateng ini mengawali karier poitiknya dengan menjadi pengurus komisaris Kecamatan Sokaraja atau yang sekarang disebut Pengurus Anak Cabang (PAC). Ia memilih PDIP, karena merasa mempunyai banyak kesamaan. PDIP yang memproklamirkan diri sebagai partai wong cilik kala itu, memang masih minim dalam segala aspek, termasuk SDM serta keuangan, karena tidak banyak orang berduit yang menjadi bagian PDIP.
Namun, hal tersebut justru menjadi tantangan tersendiri bagi BHB. Sebagai seorang aktivis, BHB merasa senasib dan sepenanggungan dengan PDIP, hingga muncul tekad untuk membesarkan PDIP di Banyumas. Terlebih saat terjadi tragedi 27 Juli 1996, BHB menjadi barisan depan dalam membentuk PDI ProMega dan ia menjadi ketua PDI ProMega Banyumas tahun 1996-1999.
“Sebagai aktivis saat itu, saya melihat partai kuning sebagai partai yang identik dengan penguasa, sedangkan untuk masuk partai yang bernapaskan Islam, saya merasa tidak mempunyai bekal keagamaan yang cukup. Sehingga yang paling cocok dan saya merasa menjadi bagian di dalamnya adalah PDIP,” kata BHB.
Bambang mengikuti pemilu pertama sebagai calon anggota legislatif pada Pemilu 1999 dan ia langsung mendapatkan amanah masyarakat Banyumas-Cilacap untuk menjadi wakil mereka di DPRD Jateng. Selama lima periode duduk di DPRD Jateng, sampai hari ini sudah banyak sekali aspirasi masyarakat yang terwujudkan, meskipun ia selalu menolak hal tersebut sebagai klaim keberhasilan pribadi.
Seperti baru-baru ini, BHB yang merasa prihatin dengan kondisi rumah beberapa kader partai lama, kemudian menginisiasi untuk menyalurkan bantuan CSR dari Bank Jateng kepada mereka. Ada tiga rumah warga yang dibantu dan masing-masing mendapatkan dana hingga Rp32.360.000.
Bambang menyebut, politik kekuasaan sudah seharusnya berkolerasi dengan kesejahteraan rakyat. Dan putra Banyumas ini sudah membuktikan hal tersebut.