Purwokerto, serayunews.com
Ian mengaku, ketika lulus SMA sempat menganggur. Keinginannya untuk bisa segera menghasilkan uang sendiri, sangat kuat. Bahkan, Ia tak malu bekerja menjadi pencuci piring di pedagang bakso di sekitar komplek Kebondalem Purwokerto
“Waktu itu memang sama orangtua sudah mendaftarkan kuliah, tapi karena ingin menghasilkan uang sendiri, saya malah kerja nyuci piring, jadi tukang parkir, sampai jadi penjahit di sini,” katanya kepada serayunews.com, Sabtu (2/7/2022).
Ian mengaku, tidak pernah terpikirkan untuk menjadi seorang penjahit. Namun, karena dari pertemuannya dengan sejumlah penjahit di kompleks Kebondalem dan mendapatkan penghasilan yang lumayan menggiurkan, Ia pun tertarik untuk berkecimpung di dunia benang itu.
“Awalnya saya belum bisa jahit sama sekali, saya ikut penjahit dan dapat bayaran Rp10 ribu sehari untuk menata peralatan menjahit. Dari situ saya belajar menjahit celana sendiri yang bolong,” ujarnya.
Mungkin sudah jadi jalannya, saat penjahit yang diikutinya tidak bisa berangkat bekerja, ia yang sudah bisa menjahit memberanikan menerima orderan.
“Akhirnya banyak yang suka hasil jahitan saya, banyak pelanggan, akhirnya buka sendiri. Kalau saya yang penting pelanggan puas, semisal pelanggan hanya bawa uang Rp 25 ribu padahal biaya menjahit RP 35 ribu, tidak masalah,” katanya.
Sekarang, pria yang sudah memiliki satu orang anak itu mengaku bisa menghasilkan Rp 100 – Rp 300 ribu seharinya.
“Modalnya memang benang saja, satunya itu bisa Rp 2.000 yang penting teliti saat memotong ataupun menambal pakaian. Juga berikan kepuasan sama pelanggan yang datang,” katanya.
Kebanyakan pelanggan yang datang kaum muda-mudi, mereka biasanya memotong celana jeans ataupun menambal pakaian bekas.
“Kebanyakan memang celana baru, biasanya jadi slims fit, atau dipotong karena kepanjangan. Ada juga yang minta perbaikan karena pakaiannya robek,” ujarnya.
Pada saat pandemi Covid-19, Ian memang mengakui adanya penurunan penghasilan. Tapi itu tidak lama, ia berhasil mendapatkan pesanan pembuatan masker kain.
“Itu saya sempat mendapatkan tawaran membuat masker 2.000 biji, teman-teman penjahit di sini saya pekerjakan untuk ikut membuat masker juga,” katanya.