Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia (DI/TII) didirikan pada 7 Agustus 1949 oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo di Jawa Barat. DI/TII meluas di berbagai tempat melakukan aksi teror. Misalnya saja di Sulawesi Selatan di bawah kepemimpinan Abdul Qahhar Mudzakkar. Di Aceh, DI/TII di bawah kendali Tgk M Daud Beureueh.
Salah satu yang memang kental gerakan DI/TII memang di Jawa Barat karena di situlah DI/TII dideklarasikan. Di Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, DI/TII melakukan pergerakan di malam hari saat tentara Indonesia lengah.
DI/TII menarik pajak pada masyarakat Parigi. Di sisi lain, siapapun yang tidak mau ikut DI/TII akan diburu dan kemudian dibunuh. Siapa yang menentang pun akan dibunuh. Mereka sudah mengincar orang yang akan jadi sasaran. Rumah orang yang jadi sasaran diberi tanda silang merah. Kemudian, di malam harinya dieksekusi dengan sadis. Mayat pun dibiarkan saja.
Situasi inilah yang membuat masyarakat Parigi sangat resah. Karena situasi itu, sebagian masyarakat Parigi mencoba mencari daerah baru. Kemudian, seorang kepala Dusun Cimanggu bernama Sar’ad. Dia adalah orang Parigi pertama yang ada di Cimrutu, Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap.
Selanjutnya, Kepala Dusun Cijoho Desa Parakan Manggu Kecamatan Parigi yang bernama Kadijah yang migrasi ke Cimrutu. Setelahnya, masyarakat Sunda di Parigi berbondong-bondong ke Cimrutu. Sebagian besar mereka migrasi ke Cimrutu dengan berjalan kaki dengan rute Parigi – Cikembulan – Pangandaran – Putrapinggan – Kalipucang – Patimuan – Cimrutu.
Dipilihnya Cimrutu karena daerah ini masuk Jawa Tengah. Seperti diketahui, Jawa Tengah menjadi area yang dikuasai TNI. Sehingga, relatif lebih aman dari teror DI/TII. Anggota DI/TII yang berani memburu masyarakat Parigi yang migrasi ke Cimrutu. Tentu karena daerah Cimrutu bukan daerahnya DI/TII.
Menjadi orang baru di Patimuan tentu bukan tanpa kendala. Warga Parigi yang ke Cimrutu itu harus bekerja sangat keras. Mereka harus menjadi pekerja bagi sawah orang kaya. Mereka juga ada yang membuka hutan untuk bisa bercocok tanam.
Situasinya pun tidak mudah. Namun, berkat kerja kerasnya, warga Parigi yang ada di Cimrutu bisa hidup lebih baik. Salah satu yang muncul akibat masuknya orang Parigi yang Sunda ke wilayah Cimrutu yang Jawa adalah akulturasi. Ada istilah bahasa Jawa Reang, yakni bahasa Jawa yang memiliki kekhasan tersendiri karena bercampur dengan bahasa Sunda.
Referensi:
Yadi Kusmayadi : Eksistensi Masyarakat Etnik Sunda di Desa Cimrutu Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap
Junian Hijry Minarva, Bukhari: Inisiasi Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia Aceh Tahun 1950-1953 dalam Perspektif Gerakan Sosial
Eka Wulandari, Jumadi, La Malihu: Aktivitas Gerombolan DI/TII dan Dampaknya Terhadap Masyarakat Sidrap 1950-1965