
SERAYUNEWS- Istilah “saham Pak PP” kembali menjadi topik hangat di kalangan investor ritel dan pelaku pasar modal.
Perbincangan ini mencuat setelah pernyataan Yudo Sadewa, seorang trader aktif sekaligus putra Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, viral di media sosial.
Melalui unggahan yang beredar luas, Yudo mengingatkan investor agar lebih berhati-hati terhadap sejumlah saham yang dikaitkan dengan grup Prajogo Pangestu, yang kerap disebut sebagai “Pak PP”.
Ia menilai, beberapa saham tersebut sudah berada pada level valuasi tinggi atau overvalued. Melansir berbagai sumber, berikut kami sajikan ulasan selengkapnya:
Dikutip dari unggahan akun @sahampediaid, Yudo Sadewa menyebut bahwa saham-saham grup Pak PP menunjukkan rasio fundamental yang cukup ekstrem.
Penilaian itu didasarkan pada indikator seperti Price to Book Value (PBV) dan Price to Earning Ratio (PER).
Bahkan, sejumlah emiten disebut memiliki PER hingga ratusan kali, sebuah kondisi yang menandakan harga saham sudah jauh melampaui rata-rata kinerja laba perusahaan.
Pernyataan tersebut langsung memantik diskusi luas di kalangan investor, khususnya mereka yang aktif memantau saham berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Mengutip informasi dari akun @sahamnesia.id, terdapat beberapa saham yang selama ini identik dengan grup Prajogo Pangestu (Pak PP).
Emiten-emiten ini dikenal aktif diperdagangkan dan memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan indeks.
Berikut daftar saham Pak PP yang sering menjadi sorotan pasar:
Saham-saham ini memiliki kapitalisasi pasar besar sehingga setiap pergerakannya kerap menjadi perhatian investor.
Ada sejumlah faktor yang mendorong tingginya harga saham grup Pak PP. Salah satunya adalah jumlah free float yang relatif terbatas, sehingga ketika permintaan meningkat, harga saham bisa terdorong naik dengan cepat.
Selain itu, pasar juga menilai saham-saham ini memiliki narasi pertumbuhan jangka panjang, mulai dari ekspansi bisnis, prospek sektor energi dan petrokimia, hingga posisi strategis perusahaan di industrinya.
Investor institusi umumnya melihat potensi ekspansi, strategi bisnis, serta keberlanjutan usaha sebelum bersedia membayar valuasi premium.
Meski kinerjanya kerap mencuri perhatian, investor tetap perlu bersikap rasional. Saham dengan valuasi tinggi memiliki risiko koreksi yang besar jika ekspektasi pasar tidak sejalan dengan kinerja fundamental.
Oleh karena itu, investor disarankan untuk melakukan analisis mandiri, memahami profil risiko, serta menyesuaikan keputusan investasi dengan tujuan jangka panjang masing-masing.
“Pak PP” yang dimaksud dalam unggahan viral tersebut merujuk pada Prajogo Pangestu, salah satu konglomerat terbesar di Indonesia.
Sementara itu, Yudo Sadewa dikenal sebagai trader aktif yang rutin membagikan konten edukasi seputar saham dan kripto di media sosial.
Ayahnya, Purbaya Yudhi Sadewa, resmi menjabat sebagai Menteri Keuangan sejak September 2025, menggantikan Sri Mulyani.