Tergiur dengan gaji puluhan juta per bulan, pengemudi taksi online ini menanggapi serius tawaran penumpangnya. Sepinya orderan taksi online di Cilacap, membulatkan tekadnya banting setir menjadi TKI. Dengan syarat harus membayar uang sebesar Rp 150 juta rupiah, si penumpang tadi mengaku bisa menyalurkan bekerja di Australia.
Namun, setelah uang tersebut dilunasi, pengemudi taksi online ini tak juga diberangkatan sesuai waktu yang sudah dijanjikan. Merasa janggal dengan sejumlah alasan yang berbelit belit, persoalan tersebut kemudian dilaporkan ke Polres Cilacap. Setelah melakukan penyelidikan dan penyidikan, polisi berhasil meringkus pelaku.
Kapolres Cilacap AKBP Djoko Julianto melalui Kasatreskrim AKP Onkoseno Grandiarso Sukahar mengungkapkan, pelaku berinisial ZS (50) ditangkap dirumahnya yang berada di Rancabanteng Desa Klapagading Kulon Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Korban dijanjikan bekerja di area perkebunan Australia dengan gaji Rp 60 juta per bulan. Dari hasil penyidikan, ternyata ada korban lain yang mengalami hal yang sama. Dijanjikan berangkat menjadi TKI, tetapi belum juga berangkat.
“Korban lain ada yang tertipu dari Rp 30 juta hingga Rp 50 juta. Mereka dijanjikan bekerja di Jepang dan Australia. Pelaku mengaku sebagai calo atau sponsor TKI yang bekerja sama dengan salah satu agensi penyalur TKI di Jakarta,” jelasnya kepada wartawan, Jumat (11/10/2019).
Praktik penipuan itu, kata dia, terjadi sejak September 2018 dan dilakukan secara bertahap dari proses administrasi cek kesehatan hingga sejumlah proses lainnya layaknya pemberangkatan TKI ke luar negeri. Namun, para korban tidak pernah berangkat keluar negeri. Padahal, para korban telah membayar lunas sesuai yang diminta oleh pelaku.
“Atas perbuatanya, pelaku dijerat dengan pasal 378 KUHP dan atau pasal 372 KUHP tentang Penipuan dan atau Penggelapan dengan ancaman hukuam diatas 5 tahun penjara,” ungkapnya.
Kepada wartawan, pelaku berdalih mengalami sejumlah persoalan dengan agensi pemberangkatan yang berada di Jakarta. Dengan modus tersebut, menjadi alasan untuk mengulur waktu keberangkatan dari yang sebelumnya dijanjikan. Padahal, uang yang sudah dibayarkan digunakan untuk keperluan pribadi.
“Saya sempat menjadi TKI bekerja sebagai asisten rumah tangga di Hongkong, Singapura, Taiwan dan sudah hampir 20 tahun berkecimpung di dunia penyalur TKI. Jadi paham betul proses, persyaratan serta pengamalan menjadi TKI,” ujarnya.