SERAYUNEWS – Memberikan teh kepada anak-anak mungkin tampak sepele, tetapi minuman ini memiliki sejumlah efek negatif yang perlu diwaspadai.
Meskipun teh merupakan minuman yang umum dikonsumsi oleh orang dewasa, efeknya terhadap tubuh anak-anak berbeda dan bisa berisiko bagi kesehatan mereka.
Oleh karena itu, redaksi akan menyajikan beberapa dampak negatif yang mungkin timbul ketika anak-anak mengonsumsi teh secara rutin. Yuk, simak sampai akhir!
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), konsumsi teh berkafein dan minuman berkafein lainnya tidak dianjurkan untuk anak-anak di bawah usia 12 tahun.
Kafein dapat mempengaruhi tekanan darah dan detak jantung anak-anak yang masih berkembang.
Anak-anak di bawah usia 12 tahun lebih rentan terhadap efek kafein karena metabolisme mereka belum sepenuhnya berkembang seperti orang dewasa.
Untuk anak-anak yang berusia antara 12 hingga 18 tahun, AAP merekomendasikan agar konsumsi kafein dibatasi hingga 100 miligram per hari. Ini setara dengan sekitar satu cangkir teh.
Namun, penting untuk memastikan bahwa konsumsi teh pada anak-anak tidak menjadi kebiasaan yang berlebihan, terutama jika mengandung gula tambahan atau pemanis buatan.
Pasalnya, hal tersebut dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan seperti obesitas atau diabetes.
Teh mengandung senyawa yang disebut tanin. Tanin ini dapat menghambat penyerapan beberapa nutrisi penting seperti zat besi.
Bagi anak-anak yang sedang dalam fase pertumbuhan, zat besi merupakan nutrisi esensial yang diperlukan untuk perkembangan otak, pembentukan darah, dan imunitas.
Jika penyerapan zat besi terganggu akibat konsumsi teh, anak-anak bisa mengalami kekurangan zat besi yang berdampak pada kesehatan mereka secara keseluruhan.
Salah satu risiko serius konsumsi teh pada anak adalah anemia defisiensi zat besi. Ketika tubuh tidak dapat mendapatkan cukup zat besi, hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen dalam darah tidak dapat terbentuk dengan baik.
Hal ini bisa mengakibatkan gejala seperti kelelahan, pucat, sulit berkonsentrasi, hingga gangguan perkembangan kognitif.
Mengingat risiko ini, sangat penting untuk menghindari memberikan teh pada anak-anak, terutama saat mereka sedang dalam masa pertumbuhan.
Teh, terutama yang mengandung kafein seperti teh hitam, bisa mengganggu pola tidur anak.
Kafein merupakan stimulan yang dapat meningkatkan kewaspadaan dan energi, tetapi pada anak-anak, efek ini bisa menyebabkan masalah tidur seperti sulit tidur atau tidur yang tidak nyenyak.
Pola tidur yang terganggu pada anak-anak dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan mental mereka, serta menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Konsumsi teh juga dapat memicu ngompol pada anak-anak, terutama jika diminum menjelang tidur. Teh memiliki sifat diuretik yang meningkatkan produksi urine.
Hal ini bisa membuat anak-anak lebih sering buang air kecil dan meningkatkan risiko ngompol saat malam hari.
Bagi anak-anak yang masih berada dalam tahap pelatihan toilet atau memiliki kontrol kandung kemih yang belum sepenuhnya matang, hal ini bisa menjadi masalah tambahan yang mengganggu.
Beberapa jenis teh, terutama teh kemasan atau yang diberi tambahan gula, dapat berkontribusi pada risiko obesitas pada anak-anak.
Kandungan gula dalam teh kemasan seringkali cukup tinggi, dan jika dikonsumsi dalam jumlah besar, bisa menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak sehat.
Obesitas pada anak-anak tidak hanya berisiko terhadap kesehatan fisik mereka, seperti risiko diabetes tipe 2, tetapi juga bisa berdampak pada kesehatan mental dan kepercayaan diri mereka.
Demikian lima efek memberikan teh kepada anak yang viral di media sosial Instagram, lengkap dengan usia yang diperbolehkan untuk minum.***