SERAYUNEWS – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengklaim kejadian angin kencang di sekitar wilayah Rancaekek merupakan sebuah tornado. Akan tetapi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan kejadian fenomena cuaca ekstrem di Jawa Barat sebagai puting beliung. Di mana kondisi angin di sekitar Jatinangor terukur pada saat jam kejadian mencapai 36.8 km/jam.
Melansir dari siaran pers BMKG, pihaknya juga menegaskan alasan kejadian yang terjadi pada Rabu (21/2/2024) pukul 15.30 – 16.00 WIB itu bukan tornado melainkan puting beliung.
BMKG mendasarkan pernyataan tersebut bahwa bencana itu puting beliung bukan Topan Tornado karena kecepatan angin berputar dan dampak kerusakan yang di timbulkan tidak seperti Tornado.
Istilah Tornado itu biasa dipakai di wilayah Amerika dan ketika intensitasnya meningkat lebih dahsyat dengan kecepatan angin hingga ratusan km/jam dengan dimensi yang sangat besar hingga puluhan kilometer maka dapat menimbulkan kerusakan yang luar biasa.
Sementara itu di Indonesia fenomena yang mirip tersebut istilahnya adalah puting beliung. Karakteristik kecepatan angin dan dampak yang relatif tidak sekuat tornado besar yang terjadi di wilayah Amerika.
“Sehingga kami mengimbau bagi siapapun yang berkepentingan, untuk tidak menggunakan istilah yang dapat menimbulkan kehebohan di masyarakat. Cukuplah dengan menggunakan istilah yang sudah familiar di masyarakat Indonesia. Sehingga masyarakat dapat memahaminya dengan lebih mudah,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam pernyataan resminya, Kamis (22/2/2024).
Berdasarkan catatan BMKG, fenomena puting beliung telah terjadi beberapa kali di wilayah Bandung. Seperti misalkan pada tanggal 05 Juni 2023 terjadi di Desa Bojongmalaka, Desa Rancamanyar. Kemudian, di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah-Bandung.
Selanjutnya, BMKG memonitor bahwa terdapat beberapa fenomena atmosfer yang terpantau masih cukup signifikan. Hal itu dapat memicu peningkatan curah hujan yang disertai kilat atau angin kencang di wilayah Indonesia.
Beberapa wilayah yang berpotensi terjadi hujan sedang sampai lebat dengan potensi disertai pembentukan awan Comolunimbus sebagai salah satu sebab munculnya puting beliung untuk periode 22-25 Februari 2024, termasuk Provinsi Jawa Tengah.