Purbalingga, serayunews.com
Sesuai namanya Esport atau Elektronik Sport adalah olahraga elektronik. Perangkat yang digunakan di antaranya PC, laptop, atau smartphone. Sedangkan yang diperlombakan adalah game online.
Perkembangan esport yang akhirnya masuk sebagai cabang olahraga semakin tegas. Terbukti telah dipertandingkan pada Asian Games 2018, serta SEA Games 2019, dan Cabang eksebisi di PON 2020 lalu.
Games ini masuk menjadi cabang olahraga, di antaranya ada tiga point yang menjadi dasar pertimbangan. Pertama kompetitif, sportivitas, dan prestasi. Meskipun media yang digunakan adalah barang elektronik, tapi permainan menggunakan tenaga manusia. Termasuk dalam pengaturan strategi, kecepatan, dan ketangkasan menguasai teknik.
Di Kabupaten Purbalingga telah berdiri Pengurus Kabupaten (Pengkab) Elektronik Sport Indonesia atau Esport Indonesia (ESI). Meskipun, secara resmi belum masuk daftar di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Purbalingga.
Ketua ESI Kabupaten Purbalingga, Iqbal Fahmi mengatakan, pesatnya perkembangan teknologi yang mengintegrasikan dunia fisik dan digital telah mengubah cara hidup dan perilaku manusia termasuk dalam dunia olahraga.
Hingga akhirnya terciptalah sebuah olahraga digital atau esports yang bersifat interaktif dan kompetitif. Sejarah geliat esports Indonesia sendiri dimulai tahun 2010, saat Indonesia mulai unjuk gigi pada perhelatan esports kelas dunia.
Di antaranya Point Blank National Championship atau PBNC dengan hadiah total ratusan juta rupiah. Perhelatan ini berhasil membawa nama Indonesia menuju kancah dunia dengan perolehan medali perak.
“Esports merupakan olahraga yang mengandalkan kecepatan, ketangkasan serta menguji kemampuan strategi para pemainnya,” katanya, Sabtu (03/12/2022).
Esport diklasifikasi berdasarkan platform atau media yang digunakan, serta dikategorikan berdasarkan genre atau jenis permainannya. Ada kategori mobile (HP), Komputer (PC) dan Console (stick).
Untuk platform mobile, ada game Mobile Legend, PUBG serta Lokapala. Sementara untuk PC ada game Dota dan Point Blank. Kemudian game console yang paling populer saat ini adalah e-football atau PES.
“Game-game ini sudah dipertandingkan dalam kompetisi esports berskala nasional hingga internasional, serta memperebutkan hadiah uang tunai yang nilainya tidak kalah fantastis dibandingkan cabang olahraga lainnya,” ujarnya.
Pasca pandemi, pangsa pasar esports di dunia mengalami peningkatan yang begitu besar. Hal ini terbukti dengan makin pesatnya pertumbuhan penonton esports baik streaming maupun di stadion.
Satu di antara atlet esport Kabupaten Purbalingga, Jemari Farel Alden Ananta (17). Farel menjadi atlet game Player Unknown’s Battlegrounds (PUBG) Mobile termuda di kontingen esports Kabupaten Purbalingga saat Kejurda ESI Jawa Tengah yang digelar Minggu (27/12/2022) lalu.
Sama seperti sepak bola dan catur, permainan gawai hingga komputer saat ini telah menjadi olahraga resmi dan diperlombakan sebagai cabang prestasi di bawah Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).
Farel yang masih duduk di bangku SMA ini mengaku sangat bangga dapat mewakili kota kelahirannya dalam ajang bergengsi tingkat provinsi tersebut.
Game PUBG yang sebelumnya dimainkan hanya sebagai sebuah hobi, ternyata dapat membuat Farel mencatatkan prestasi.
“Tapi untuk Kejurda kali ini terasa berbeda karena ini kompetisi resmi dari ESI Provinsi, orangtua juga mulai sadar jika esports merupakan olahraga prestasi dan mendukung penuh kegiatan ini,” kata Farel.
Sebuah klub esport di Kabupaten Purbalingga, PRMI Purbalingga Esport. Klub ini lebih konsen di jenis permainan PES. Setidaknya ada lima pemain yang aktif. Masing-masing Galih Zandy, Naufal, Riansyah, Faiq Litantyo, Agung.
“Kita lebih konsen di PES dari FIFA. Awal terbentuk ya karena hobi,” kata kordinator klub, Wiwie Andari.
Klubnya kerap mengikuti kompetisi, baik level Kabupaten sampai even nasional. Di antaranya Kejuaran PES 2020 event dari Superchallenge by Djarum. Pada ajang ini berhasil menembus sampai babak semifinal Nasional. Kejuaran PES 2021 lolos sampai kualifikasi Provinsi, sayangnya gugur di 8 besar. Kejuaraan FIFA juara 1 tingkat eks Karesidenan Banyumas, dan gagal tingkat kualifikasi provinsi.
“Masih jarang event esport khususnya PES/FIFA di kota sendiri (Purbalingga), jika adapun cuma setahun sekali. Jadi Player harus ikut event di luar kota,” Ujarnya.
Prestasi akan diikuti oleh apresiasi. Itu terbukti dengan mulai bisa diterima para orang tua. Para orang tua awalnya melarang. Namun setelah dari player membuktikan ternyata dengan bermain PES player bisa sampi ke tahap nasional bahkan berprestasi dan menghasilkan uang. “Akhirnya ortu pun berbalik support ke player,” ujarnya.
Salah satu player berprestasi adalah Galih Zandy yang berhasil ikut kualifikasi Asian Games tahun 2018. Namun hanya finish di semifinal dikalahkan oleh Rizky Faidan sang juara nasional PES. “Sepertinya itu merupakan prestasi paling membanggakan sejauh ini,” kata dia.
Ketua KONI Kabupaten Purbalingga R Budi Setiawan menyampaikan, untuk esport memang belum masuk di KONI Purbalingga. Namun, gaung prestasi atlet yang telah ditorehkan sudah sampai padanya.
“Secara resmi belum masuk, tapi saya dengar sudah mulai berprestasi di tingkat Jateng,” kata dia.
Pihaknya membuka pintu, untuk pengurus ESI Kabupaten Purbalingga dan pegiat esport yang ada, untuk bergabung. Sehingga nanti bisa masuk menjadi bagian dari KONI.
“Sangat menyambut baik dan membuka diri. Monggo silakan kapan esport beraudensi dengan KONI,” kata dia.